Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2018

Antara Hujan dan Pasar

foto oleh: Rahmadiyono Widodo Rintik hujan datang semakin deras seiring bertambahnya menit setelah pukul lima pagi ini. 30 menit, hujan belum berhenti, tetap turun bersama rahmat dari Allah Yang Mahakuasa. 8 menit setelahnya, tidak ada perubahan yang berarti, membuat saya memutuskan untuk keluar kos menggunakan mantel merah marun itu. Pagi ini, seperti pagi-pagi yang telah lalu dalam tiga pekan ini, saya memiliki rutinitas baru, ke pasar. Mencoba mencari rezeki yang telah disebar untuk biaya mencetak produk tugas akhir yang saya yakin tidaklah cukup dengan selembar uang berwarna biru, bahkan merah bersongkok. Menyusuri jalanan di tepi UGM dan UNY lantas berpindah ke jalan Affandi. Hujan semakin menjadi saat saya melewati lampu merah Gejayan yang terkenal dengan polisi yang super ketat itu. Melaju lebih pelan karena jalanan dipadati orang-orang menuju pasar. Dan, seketika memori sembilan tahun yang lalu datang kala mata ini melihat pasar dalam hujan. Sembilan tahun yang lalu mas

Berbagi Meski Sedikit

Unknown Flower Memberi tidak harus menunggu mempunyai banyak materi. Yang sedikit pun juga dapat diberikan. Mungkin seperti itu kalimat yang dapat menggambarkan simbah pemilik kos-kosan ini (saya sembunyikan nama beliau). Simbah sering memberi makanan kepada saya dan teman-teman kos. Termasuk semalam. Ketika menjelang sholat isya, simbah memberi satu piring nasi dengan sayur oseng kacang tempe dan botok kepada saya dan Mas Milza. Ada cerita yang dapat saya ambil sebagai pelajaran. Saat simbah mengambilkan nasi untuk saya, beliau bertanya : “Mas Yono mau sayur botok?”, “boleh mbah” jawab saya. Beliau lalu mengambil satu bungkus dan kemudian menyisakan satu bungkus (mungkin untuk cucu beliau). Satu bungkus yang beliau ambil kemudian beliau bagi separo dengan saya sambil mengatakan “Separuh buat Mas, separuh buat saya ya Mas”. Saya mengiyakan, dan sebenarnya nggak pakai sayur botok pun ngga papa karena didapur masih ada sayur oseng kacang tempe yang mbah tawarkan diawal. Tapi ya sep

Senja bersama D14

Lab Kimia, difoto dari lab Biologi Suasana menjadi semakin sepi. Pendingin ruangan juga mulai dimatikan, saat saya tengok jam pada laptop, 15.42 WIB, pertanda 18 menit lagi perpustakaan akan ditutup oleh Mbak Putri. Mulai saya berkemas, mematikan laptop dan memasukkan kedalam tas. Seperti biasa, saya menjadi yang keluar dua terakhir dari ruangan dalam beberapa hari terakhir ini. Ok, selanjutnya apa? Langsung pulang? Tentu tidak. Sore hari yang cerah di laboratorium biologi adalah salah satu suasana yang tidak boleh dilewatkan begitu saja, tentu ini berlaku untuk saya. Suasana lab yang sepi karena hampir semua mahasiswa sudah pulang, cerahnya sinar matahari sore, dan ditambah lambaian dedauan membuat harmoni yang memunculkan rasa nyaman. Semakin menambah nyaman kala para kukila memainkan pita suara mereka. Saya melihat batang pohon beringin ( Ficus benjamina ) yang lebih rendah dari saya, seekor burung yang jarang saya jumpai bertengger di pepohonan muncul tanpa rasa malu meskipun

Menanam Kepedulian Bersama Taman Edukasi

Mahasiswa seringkali disebut sebagai agent of change atau agen perubahan, merubah suatu kondisi kearah yang lebih baik. Sebutan ini seringkali dilekatkan pada kegiatan mahasiswa yang berbau dengan politik, padahal kenyataanya menjadi agen perubahan tidak selalu tentang politik. Tahun 2014, saya bersama teman-teman saya mencoba untuk menjadi lebih aktif menyandang predikat “agen perubahan”, tetapi kami memilih jalan lain, bukan didunia politik melainkan dijalan pendidikan dan lingkungan. Kami mencoba mengajukan proposal Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat atau yang sering disebut dengan PKMM ke Kemenristek Dikti. Alhamdulillah PKM kami didanai untuk tahun pelaksanaan 2015. Judul lengkap PKM kami adalah “Taman Edukasi sebagai Langkah Awal Pendidikan Cinta Lingkungan dengan Pendekatan First Hand Experience bagi Siswa Kelas IV-V di Sekolah Dasar Negeri Nanggulan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta”. Anak-anak membuat pot bunga dari botol bekas. Foto oleh: Rahmadiy

Pedihnya Sebuah Pengharapan

"Ketika Anda terlalu berharap pada seseorang, Allah akan timpakan kepadamu pedihnya sebuah pengharapan supaya Anda mengetahui betapa Allah mencemburui terhadap hati yang berharap kepada selain Dia. Oleh karena itu, seringkali Allah akan menghalangimu untuk mendapatkan harapan tersebut agar Anda kembali berharap kepadaNya." (Ustadz Aris Munandar hafidzhahullah ) Wahai diri, coba tengok kedalam hatimu walau sesaat, kemanakah ia berharap? Tanyakanlah, kepada siapa ia haturkan harapan? Selagi Dia masih memberi kesempatan pada mata untuk melihat dan pada hati untuk merasakan kepedihan, bersyukurlah, dan kembalilah menuju satu-satunya jalan pengharapan yang lurus. Kembalilah dengan penuh keikhlasan, ingatlah apa yang Ustadz Aan Chandra Thalib ( hafidzahullah ) katakan: Selalu ada ganti yang lebih indah untuk setiap yang engkau tinggalkan karena Allah. Wahai diri, engkau boleh mencintai senja, tapi ingatlah, engkau tak dapat memilikinya. Karena tidak semua yang engkau cintai