Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2019

Seni Botani

Ahad lalu mengunjungi tempat baru. Bale Sangkring Space Art namanya. Sesuai namanya, tempat ini sering untuk ajang pameran seni. Pekan lalu, pameran dengan judul “Ragam Flora Indonesia” digelar di dalamnya. Sejak judul pameran dipublikasikan pada beberapa bulan yang lalu, saya memang sudah berniat untuk mengunjunginya, maklum saja, ada embel-embel biologinya soalnya. Sebanyak 66 spesies tumbuhan asli Indonesia dipamerkan dalam konsep yang sederhana, tapi mengena. Mengena untuk menunjukkan sisi sains flora asli Indonesia yang dipadukan dalam seni dua dimensi dengan apiknya. salah satu sisi pameran. dok pribadi Seni dan sains pertama kali saya kenal ketika semester satu perkuliahan. Kala itu saat praktikum biologi avertebrata. Gambar spesimen yang saya buat beberapa kali dikomentari, yang intinya kurang jelas. Ya saya kan bukan anak seni , kurang lebih seperti itu batin saya bergumam. Tapi saya pribadi sebenarnya mengakui kalau untuk keperluan mendesak, gambar untuk pendid

Yang Sering Dilupakan

Udara terasa sejuk. Mentari pun belum terlihat meninggi kala saya pulang dari bandara setelah mengantar Yuda. Melaju dengan tidak terlalu cepat, Pogung langsung menjadi tujuan saya. Sabtu lalu, ada jadwal bersama kawan yang lain untuk menghadiri suatu acara. Sesampainya saya pada acara di Pogung Rejo, bertemulah saya dengan sosok yang baru kali pertama saya berjumpa dengan beliau. Teman-teman memanggil sosok berkacamata ini, Ustadz Ibnu Sutopo. Pada acara yang berlangsung hampir 1,5 jam ini, Ustadz Ibnu Sutopo ( hafidzahullah ) memberikan beberapa wejangan untuk kami. Salah satunya tentang teman-teman di kelas. Beliau menyampaikan, yang intinya: “ Teman di kelas itu kalau sakit jasadnya, kita langsung peduli (dengan menanyakan kabar, atau menjenguk). Tapi, kalau ada teman yang sakit hatinya, kenapa kita seringkali tidak peduli? Padahal baik sakit pada jasad maupun hati, sama-sama dapat berujung kematian. ” Saat di dalam kelas kita ada murid yang sakit hatiny

Tentang Wanita Bernama Bunda

( Photo by  Rahmadiyono Widodo  on  Unsplash ) Kamis, tanggal 05 di bulan ini, bertemu dengan bayi yang lucu dan manis, panggil saja Ali. Dalam gendongan seorang wanita yang terlihat sudah memasuki usia senja, Ali tampak tenang. Tapi, dibalik tenangnya Ali, ternyata ia sudah tidak lagi mempunyai seorang ibu yang telah melahirkannya. Tujuh bulan yang lalu Ali lahir, dan pada hari yang sama, ibunya berpulang. Seperti yang sering kita dengar, seorang ibu akan memberikan apapun untuk anaknya, termasuk nyawa. Dan kisah Ali, menjadi pengingat bagi saya.  Kisah Ali ini juga  mengingatkan saya kepada seorang laboran di kampus saya dahulu. Nyawa menjadi hal yang beliau gadaikan saat melahirkan anak kembarnya. Berbicara tentang seorang ibu, saya punya kisah lainnya pula. Tentang seorang wanita yang telah renta. Mungkin usianya 80 tahunan. Nenek ini tengah sakit, kata seorang warga, beberapa hari sudah opname. Setelah diperbolehkan pulang, saya mampir ke rumah beliau. Alhamdulillah, p

Menyapa Pagi Masyarakat Pakem

Jalan Kaliurang terasa masih sepi, lebih sepi dari biasanya. Bukan tanpa sebab rasa ini ada, karena memang kemarin berangkat ke sekolah lebih pagi. Yang biasanya sekitar pukul 06:10, khusus Rabu kemarin sekitar pukul 05:40. Kenapa lebih pagi? Mau main ke pasar jawabnya, hehe. Sampai di sekolah, presensi, kemudian langsung lanjut ke pasar. Oya, lupa, ganti sendal dulu. Agak nggak nyaman kalau harus masuk pasar dengan mode seragam sekolah, celana kain hitam, lengkap dengan sepatu pantofel hitam, haha. Turun dari lantai 3, cek dompet, ternyata isi dompet hanya dua lembar uang berpeci hitam plus satu lembar goceng. Pengalaman kalau transaksi di pasar pakai uang besar biasanya pedagang ogah-ogahan. Minta nukerin uang dulu. Kata Indom*ret dan saudara-saudaranya yang langsung terlintas sebagai tempat penukaran uang. Tapi kayanya susah juga kalau cuma nukarin uang, kemungkinan bakal ditolak mbak-mbak kasir. Berpikir sejenak, ok, sekalian saja beli kebutuhan mandi yang sedang dibutuhkan.

Rizky dan Kartu Alfabetnya

dok pribadi Perpustakaan tiba-tiba menjadi tambah ramai. Seorang guru rupanya datang bersama empat siswa sekolah dasarnya. Semuanya kelas I. Saya pun bertanya pada beliau, apakah ini jam kunjungan perpustakaan? Bukan ternyata. Kali ini beliau memberi jam pelajaran khusus untuk siswa yang belum bisa membaca tepatnya. Mereka bersiap-siap memulai kegiatan, membuka buku bergaris, dan menyiapkan beberapa alat tulis. Dan saya, melanjutkan membaca.  Konsentrasi saya mulai terpecah diikuti sedikit senyuman karena melihat tingkahnya Rizky, salah satu siswa kelas I ini. Bukan tanpa sebab, karena Rizky ini tengah bersemangat mengeja huruf yang ada pada kartu alfabetnya, tapi yang ia eja bukanlah ejaan yang benar. Dari seluruh alfabet, sebenarnya Rizky sudah hafal banyak huruf. Hanya huruf W, V, D, J, G, E, F, dan Q. Yang paling berat adalah huruf E, jika ditunjukkan kartu "E", Rizky sering menyebutnya H. Huruf W sering tertukar dengan M, mungkin karena hanya "kebalikanny

Jalanan dan Kematian

Helmnya Udri, pas di jalanan Lampung Barat. Dok pribadi Jika saya bertanya; “Apa saja penyumbang angka kematian tertinggi di dunia saat ini?”, apa jawaban Anda? Jawaban Anda mungkin Malaria, HIV, jantung, dan penyakit lainnya. Penyebab kematian di dunia secara umum adalah penyakit-penyakit, dengan penyakit jantung sebagai yang nomor wahid. Tapi tahukah Anda, di antara 10 penyebab kematian tertinggi di dunia, ada satu penyebab yang bukan merupakan penyakit? Berada pada posisi ke-8, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian di luar kelompok penyakit. The Top 10 Causes of Deaths World Health Organization (WHO) merilis data rata-rata 1,35 juta manusia meninggal tiap tahunnya karena kecelakaan lalu lintas. Asia Tenggara menjadi wilayah dengan korban paling banyak nomor 2 di dunia dan pengguna sepeda motor menjadi penyumbang angka tertinggi . Saya pribadi pernah pula mengalami kecelakaan dengan sepeda motor, tahun 2014 tepatnya. Alhamdullilah, segala puji bagi Allah yang me

septemBercerita

Sore ini sembari menyusuri ramai lancarnya jalan Solo-Jogja, tiba-tiba diri terbesit untuk kembali menulis. Sejak blog ini menetas di tahun 2014, baru ada 50 postingan. Jumlah yang teramat sedikit. Maklum sih , dulu membuat blog ini awalnya hanya sebagai syarat untuk menjadi anggota suatu organisasi. Begitu nomor anggota diperoleh, werrrrr , langsung melaju tidak menyentuh blog kembali, hehe. Tapi sesekali tetap nulis di blog juga, karena memang ada manfaatnya, minimal sebagai tempat cerita kepada diri sendiri, haha. Bicara soal cerita, dulu pernah ingin mengikuti semacam sayembara menulis cerita selama satu bulan full. Iming-imingnya hadiah berupa paket novel dan totebagnya. Karena saya tidak terlalu suka novel (meskipun di kosan punya juga novel, Negeri 5 Menara), saya tidak terlalu bersemangat untuk merealisasikan niat saya. Hasilnya? Ya tentu saja tidak jadi ikut. Tapi sore ini berasa pengen nulis kembali, bukan untuk hadiah, tapi untuk diri sendiri. Mumpung momennya pas juga,