Skip to main content

Example of MLA paper style : The Ecology of Javan Cochoa (Cochoa azurea)

Rahmadiyono Widodo
Kevin J. Major
MSF002
12 May 2015
The Ecology of Javan Cochoa (Cochoa azurea)
            The Javan Cochoa Cochoa azurea is a poorly known thrush endemic to the mountains of West and Central Java (MacKinnon and Phillipps). Javan Cochoa has been classified by IUCN as Vulnerable (BirdLife International). The Javan Cochoa inhabits mountains on Java, Indonesia, between 1,000 and 2,500 m from Mt Salak to Mt Slamet, apparently only occurring on the higher peaks in its range. But, in 2011 Imam Taufiqurrahman found the species in Plawangan Hill of Gunung Merapi National Park 150 km further east from Mt. Slamet.
            In this paper, I will describe about the ecology of Javan Cochoa (Cochoa azurea). I have organized my paper to three section. First section is about Javan Cochoa (Cochoa azurea) habitat, second section is about Javan Cochoa (Cochoa azurea) food, and third or the last is about Javan Cochoa (Cochoa azurea) breeding.
Javan Cochoa’s (Cochoa azurea) habitat
This cochoa is found in tropical lower and upper montane rain forest between 900 and 3,000 m (MacKinnon and Phillipps) where it normally frequents the lower and middle storey within the forest, sometimes moving higher . A singing bird in November 1984 used a perch only 4 m high; the species is rather tame but moves quietly or sits motionless for long periods (Birdbase).
Javan Cochoa’s (Cochoa azurea) foods
The species takes fruits and berries in the canopy, its serrated bill being used to tear flesh off fruits (MacKinnon and Phillipps). Such fruit includes Zanthoxylum ovalifolium and Z. scandens, but insects and snails are also taken, and indeed a bird in captivity readily took live insect larvae and pupae but refused a variety of fruits (Birdbase).
Javan Cochoa’s (Cochoa azurea) breeding
Breeding appears to take place over a reasonably extended period, from August to April (the following evidence is arranged to match such a chronological sequence). A nest with one young about to fledge was found in September at 2,400 m on Gunung Pangrango, c.7 m above the ground in moss forest; the cup-nest was typically thrush-like, but the core was almost entirely made of beard moss and the rather untidy interior was lined with beard moss and fine rootlets. A singing bird was observed in November. A clutch of two eggs was found in December on Gunung Pangrango. A family party of four was seen in early October 1994 on Gunung Halimun. An adult was seen feeding a young bird on Gunung Gede at c.1,700 m in April. An adult male was in moult on Gunung Pangrango in March; birds were in good plumage in mid-year. Among 91 museum specimens examined in this study, showing a reasonably equal distribution of specimens by month, 14 were labelled as juveniles or immatures, with the following breakdown: August (1), October (2), November
(2), December (4), January (2), February (1), March (2) (Birdbase).



Work Cited
McKinnon, Jhon and Karen Philips. “Buku Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera,
Kalimantan, Jawa, dan Bali.” LIPI (1993).
Taufiqurrahman, Imam. “ Javan Cochoa Cochoa azurea in Gunung Merapi National Park,
Yogyakarta.” Kukila ser.16 (2012):1-3.Print.
_________. “Cochoaazurea”. Web. 12 May 2015. (http://birdbase.ies.hro.or.jp/rdb/rdb_en/cochazur.pdf)






Added : Javan Cochoa (Cochoa azurea) image
photo by Imam Taufiqurrahman
Plawangan Hill, Gunung Merapi National Park


Comments

Popular posts from this blog

Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh

Pappermint from Abu Nabat Afrizal Haris, dok pribadi. Pekan lalu sembari menikmati sore di sekolahan, mencoba berselancar di dunia maya mencari sesuatu yang barangkali dapat menambah semangat saya. Pencarian membawa saya pada channel YouTube Al Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah.  Saya pribadi sebenarnya sangat jarang mengikuti kajian beliau secara daring, hanya beberapa kali melihat postingannya Irfan (teman di kampus) yang isinya ceramah singkat beliau.   Melihat beberapa judul video pendek yang menarik, saya unduh beberapa di antaranya, lalu pulang. Haworthria -sejenis kaktus- menjadi teman saya mendengarkan untaian petuah beliau, hingga pada ucapan yang beliau nukil dari Syaikh Ushaimi hafidzahullah : Man tsabata nabata, jika  diterjemahkan kurang lebih artinya “Barangsiapa yang kokoh, dia akan tumbuh”. Ustadz Nuzul Dzikri menyampaikan kalimat tersebut sebagai pesan agar kita konsisten dalam mengikuti kajian. Jika sudah mengikuti satu kaji...

Sinergi Melestarikan Lingkungan; dari Tata Ruang hingga Mahasiswa yang Membanggakan.

Siang itu cukup terik ketika saya bersepeda di sekitar kota Yogyakarta. Suhu udara terasa panas hingga peluh keringat mulai membasahi punggung saya. Namun, semua berubah ketika saya melewati jalan yang penuh dengan pepohonan di samping kanan kirinya. Naungan pohon ketapang, mahoni, dan jenis lainnya menjadikan suasana begitu teduh dan sejuk. Saya mengayuh sepeda lebih pelan untuk menikmati oase di tengah panasnya perkotaan. Apa yang saya rasakan kembali mengingatkan tentang bagaimana lingkungan yang lestari memberikan manfaat kepada kita, para manusia.  Mengenal Lingkungan Lingkungan yang selama ini kita kenal sejatinya adalah kumpulan dari macam-macam makhluk hidup yang saling berinteraksi, termasuk dengan unsur lain seperti sinar matahari, air, dan semisalnya. Interaksi yang terbentuk menghasilkan banyak manfaat. Misalnya pepohonan yang menyerap air dan energi dari sinar matahari dapat tumbuh hingga besar lalu manusia memanfaatkan buahnya untuk dimakan hingga kayunya untuk baha...

Berharap Takdir Terbaik

  Bismillah . Telah lama jari ini tidak menuliskan cerita, gagasan, atau sekadar catatan di blog ini. Jika diibaratkan rumah, mungkin blog ini sudah penuh dengan debu lengkap dengan jaring laba-laba di setiap sudutnya. Saatnya bersih-bersih? Belum sepertinya, haha . Seperti halnya menengok rumah yang telah lama ditinggalkan, pun dengan tulisan ini diutarakan. Hanya sebatas menengok. Menengok dengan harapan tak ada yang hilang, terutama semangat untuk selalu berjuang.  Kuawali kehadiran ini dengan menuliskan sebuah doa yang terlintas di benakku setelah memikirkan apa-apa yang terjadi di sini di dua tahun ini. Bahwa apa yang terjadi adalah takdir terbaik dari Allah. Bahwa Allah Mahabaik dan Maha Mengetahui yang terbaik.  اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ...