Lab Kimia, difoto dari lab Biologi |
Suasana menjadi semakin sepi. Pendingin ruangan juga mulai
dimatikan, saat saya tengok jam pada laptop, 15.42 WIB, pertanda 18 menit lagi
perpustakaan akan ditutup oleh Mbak Putri. Mulai saya berkemas, mematikan
laptop dan memasukkan kedalam tas. Seperti biasa, saya menjadi yang keluar dua terakhir
dari ruangan dalam beberapa hari terakhir ini. Ok, selanjutnya apa? Langsung
pulang? Tentu tidak. Sore hari yang cerah di laboratorium biologi adalah salah
satu suasana yang tidak boleh dilewatkan begitu saja, tentu ini berlaku untuk
saya. Suasana lab yang sepi karena hampir semua mahasiswa sudah pulang,
cerahnya sinar matahari sore, dan ditambah lambaian dedauan membuat harmoni
yang memunculkan rasa nyaman. Semakin menambah nyaman kala para kukila
memainkan pita suara mereka. Saya melihat batang pohon beringin (Ficus benjamina) yang lebih rendah dari
saya, seekor burung yang jarang saya jumpai bertengger di pepohonan muncul
tanpa rasa malu meskipun bertatapan dengan saya cukup lama. Dia, burung tekukur
biasa (Spilopelia chinensis). Burung
yang mempunyai nama Jawa “Derkuku” ini lebih sering saya jumpai di permukaan
tanah yang cukup luas, misalnya tanah lapang atau bekas tambak, tak heran
burung ini sering disebut sebagai kelompok merpati tanah. Sore ini saya
menjumpainya bertengger di batang pohon, pemandangan yang menarik. Diam cukup
lama, ternyata dia sebenarnya menunggu momen yang aman untuk turun ke tanah.
Dengan kepakan yang khas burung merpati, dia sudah berpindah diatas permukaan
tanah dan berjalan mencari makan.
Burung tekukur biasa |
Pandangan saya alihkan pada percabangan batang yang lebih
kecil. Terlihat burung seukuran merbah cerucuk (Pycnonotus goiavier) atau burung trocokan dalam istilah Jawa sedang
asyik menelisik bulunya. Meski hanya terlihat siluet atau bayangan hitamnya, saya
langsung dapat mengenalinya dari jambulnya. Yap, tentu saja, dia adalah saudara
satu famili satu marga dari burung merbah, yaitu burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster). Burung satu ini
termasuk burung yang sering kami cuekin kalau pengamatan burung, ada beberapa
alasan, menurut saya paling tidak ada dua, yaitu pertama karena cucak kutilang
memiliki populasi yang besar dan tersebar luas dari dataran rendah hingga
hampir puncak gunung sehingga sering kami lihat, dan yang kedua (yang ini
alasan sering membuat kami kesal -_-) adalah karena dia sering menjadi burung “tipu-tipu”,
ekspektasi yang kami lihat dari kejauhan adalah burung X atau Y bahkan Z,
ternyata setelah diamati dengan binokular atau difoto menggunakan kamera
ternyata dia, iya ternyata dia si cucak kutilang T_T. Tapi meskipun demikian,
saya tetap ada rasa senang saat melihatnya bisa terbang di alam bebas, terbang
dengan indah dan memainkan perannya dalam ekosistem sebagai pemencar biji
tumbuhan.
Burung cucak kutilang |
Bayangan hitam berukuran lebih kecil dari burung emprit (bondol
jawa (ind), Lonchura leucogastroides)
bergerak dengan gesit. Ternyata itu adalah burung cinenen. Agak ragu bisa
memotretnya karena dia sangat lincah, tapi saya tetap mencoba membidik dengan
kamera kecil saya. Foto pertama siluet, foto kedua blur, dan foto ketiga, alhamdulillah,
dia hinggap di ranting yang terpapar sinar sehingga saya dapat mengambil
gambarnya dengan cukup baik. Meskipun bukanlah foto yang jelas amat, setidaknya
cukup untuk dapat mengidentifikasi jika dia adalah cinenen jawa (Orthotomus sepium). Warna merah karat
yang menyapu hingga bagian pipi, perut berwarna kuning dengan sedikit sapuan
hitam pada dada menjadi kunci identifikasi yang saya sematkan padanya. Burung
ini termasuk kelompok Tailor Bird atau Burung Penjahit. Sesuai namanya, dia dan
teman-teman orthotomus yang lain mempunyai cara membuat sarang yang unik, yaitu
dengan cara menjahit daun. Layaknya manusia yang menjahit dengan jarum dan
benang, dia pun hampir sama. Burung cinenen menggunakan paruhnya yang cukup
panjang dan meruncing untuk membuat lubang pada daun. Sambil melubangi, ujung
paruhnya juga “menjepit” jaring laba-laba yang memiliki fungsi layaknya benang
yaitu untuk menyatukan sisi-sisi daun. Sangat menarik bukan?
Burung berwarna hitam juga bergerak pada ranting yang lain.
Kali ini bukan cinenen, tapi artis sore ini. Bergerak dengan lincah, lompat
dari ranting ke ranting sambil berkicau, saya langsung mengenalinya, apalagi
saat ekornya direntangkan layaknya kipas, tidak salah lagi, burung kipasan
belang (Rhipidura javanica). Burung
ini adalah satunya-satunya anggota marga rhipidura yang dapat dijumpai di UNY
sampai saat ini. Burung ini merupakan pemakan serangga. Kehadirannya untuk
mencari makan disekitar pohon beringin sejatinya sudah saya perhatikan sejak
beberapa hari yang lalu, tapi baru hari ini saya berkesempatan membawa kamera
dan berhasil membingkainya dengan lensa meskipun dengan kualitas foto apa
adanya. Sore yang cerah menjadi lebih syahdu kala dia berkicau, semoga saja
besok lagi saya dapat menikmati kicauannya. Kicauannya yang merdu membuatnya
menjadi salah satu burung yang sering ditangkap dan diperjualbelikan, meskipun
UU No.5 tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1999 telah memasukkannya dalam daftar
burung dilindungi. Ah, semoga tetap lestari.
Burung kipasan belang |
Sore ini saya juga menyempatkan untuk naik ke lantai tiga,
berharap melihat burung yang lebih dekat layaknya dulu saya bisa melihat sarang
burung cabai jawa (Dicaheum trochileum)
kurang lebih hanya 2,5 meter. Tapi sore ini saya zonk, dari lantai tiga
ternyata sepi. Hanya terlihat burung punai gading (Treron vernans) yang terbang mungkin karena mengetahui kehadiran
saya. Sepasang bondol jawa pun juga terbang setelah melihat jika saya mengambil
gambarnya. Dirasa tidak ada burung yang bisa diamati, saya memutuskan untuk
turun, dan pulang.
Oya, dari lantai dua lab biologi ini saya juga dapat melihat
laboratorium jurusan yang lain. Matematika di sisi kanan, Fisika berhadapan,
dan Kimia di sisi kiri. Sesaat melihat gedung lab Kimia bertuliskan D14. Baru
sadar kalau dilihat-lihat seperti membentuk kata DIA. Memori ini pun kembali
teringat awal perkuliahan dulu, laboratorium biologi menjadi tempat pertama
berjumpa dengan dia saat pertama kali kelas praktikum dimulai. Apa kabarnya?
---
Kamar Kos, bersama bulan sabit hari ke-4 Rajab.
Rahmadiyono.
Comments
Post a Comment