Sidr Tree, Pohon Bidara. Taman Nasional Baluran 2017, doc pribadi |
Bismillah.
Siang ini di Masjid Pogung Dalangan (MPD) khutbah Jumat
disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud hafidzahullah. Dengan suara yang
lantang tetapi tidak berlebihan, beliau menyampaikan khutbah dalam waktu yang
tidak lama. Suara yang lantang dan
durasi khutbah yang tidak lama menurut saya mempunyai poin plus, yaitu mencegah
jamaah tertidur. Ustadz Afifi setelah menyampaikan muqadimah, beliau langsung
menyampaikan inti khutbah yang sangat indah. Saya tidak dapat menyampaikan
secara detail apa yang beliau sampaikan, tapi takmir MPD tadi memasang gawai
untuk merekam beliau, semoga ada waktunya dibagikan pada khalayak ramai atau
minimal boleh kita minta, hehe.
Poin khutbah beliau kurang lebih seperti berikut:
Bahwasannya yang paling berharga dalam hidup kita adalah
keimanan, karena keimanan kepada Allah menghindarkan kita dari kekalnya siksa
neraka. Sedang yang paling bernilai dalam hidup ditengah masyarakat adalah
akhlak yang mulia. Keimanan (yang sempurna) dan akhlak yang mulia ini dapat
diibaratkan seperti sebuah pohon yang kokoh akarnya dan menghasilkan buah yang
lezat. Allah berfirman dalam Al Qur’an surah Ibrahim ayat 24-25 yang artinya:
“[24] Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,[25] pohon itu memberikan buahnya
pada setiap musim dengan seizin Tuhannya....”
Akar yang kokoh/ teguh menjadi modal penting sebuah pohon untuk kuat
menghadapi angin atau badai sehingga ia mampu bertahan dan tidak roboh. Begitu
pulalah keimanan, saat ia kuat dan kokoh ia akan membuat pemiliknya mampu
bertahan menghadapi fitnah-fitnah dunia dan tidak akan terbawa atau hanyut
didalamnya. Selain memiliki akar yang kokoh, pohon yang baik juga akan menghasilkan
buah yang dapat dinikmati oleh makhluk lain seperti hewan dan manusia. Begitu
pula seorang manusia baik, selain memiliki keimanan yang kuat, ia juga
mempunyai perangai yang mulia dan memberikan manfaat kepada masyarakat
disekitarnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“sebaik-baik manusia adalah
ia yang bermanfaat bagi orang lain.”
Seseorang yang memiliki keimanan dan akhlak yang mulia ini harus
menjaga diri dari sebab-sebab yang dapat menghilangkan dua harta yang berharga
dan bernilai tersebut. Ada tujuh sebab yang dapat merusaknya, dimana empat
berasal dari diri sendiri dan tiga sisanya berasal dari luar (tubuhnya). Empat
sebab yang berasal dari dalam dirinya sendiri adalah:
1.
Kebodohan
Kebodohan ini akan membuat kita tidak bisa
membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Islam adalah agama yang
mengajarkan belajar dan sikap ilmiah, sementara kebodohan atau tidak memiliki
ilmu bukanlah suatu sikap ilmiah.
2.
Lalai
Kelalaian akan menjauhkan kita dari hal-hal
yang bermanfaat seperti majelis ilmu.
3.
Banyak maksiat
Maksiat itu ibarat noda hitam. Manakala
seseorang melaukan maksiat akan muncul satu noda hitam dalam hatinya. Jika ia
melakukan banyak maksiat, maka hatinya akan tertutupi oleh noda-noda hitam.
4.
Mengikuti hawa nafsu
Manusia memang mempunyai nafsu, tapi tidak
untuk diikuti. Mengikuti hawa nafsu akan membawa kepada kebinasaan.
Selain empat sebab tersebut, masih ada tiga
sebab yang dapat merusak iman dan akhlak seseorang, tiga sebab ini adalah:
1.
Bisikan setan
Setan adalah musuh yang nyata bagi manusia, sayangnya kita justru sering
mengikutinya
2.
Fitnah dunia
Fitnah dunia ini sangatlah berbahaya. Fitnah ini dapat menjadikan kita
budak dunia yang terhalangi dari membaca Al Quran, sholat, menghadiri majelis
ilmu, dan lainnya.
3.
Teman yang buruk
“Agama seseorang itu terletak pada karibnya”,
begitulah kurang lebih sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Teman yang
baik akan membuat kita menjadi pribadi yang baik, sedangkan teman yang buruk
akan membawa keburukan untuk kita.
Dari poin-poin yang beliau sampaikan, semoga membuat kita
(terutama diri saya sendiri) tersadar untuk berusaha memiliki keimanan yang
sempurna dan akhlak yang mulia. Selain itu kita juga harus berhati-hati agar
tidak terbawa oleh fitnah-fitnah dunia baik fitnah syahwat maupun fitnah
syubhat. Fitnah syahwat dapat kita tangkis dengan kesabaran dan fitnah syubhat
(dan ini lebih berbahaya) dapat kita lawan dengan belajar dalam majelis ilmu,
tentunya dengan pemahaman salafush shalih. Karena salafush shalih (para pendahulu
kita yang baik) berada pada pemahaman dan manhaj agama yang baik dan benar.
Semoga yang tertulis ini bermanfaat, jika ada yang hendak
mengoreksi, saya sangat berterima kasih. Wallahu
‘alam.
Baarakallahu fiikum.
Taman Ormawa, 28 Rajab 1439 H.
Hari 13 bulan empat.
Dipenghujung Rajab,
Rahmadiyono.
Comments
Post a Comment