Skip to main content

Apa Itu Burung Bermigrasi? Yuk Cari Tahu Faktanya!

Indonesia, negara yang kita cintai ini sungguh memesona. Tak hanya pada aspek masyarakatnya, tetapi juga alam dan keanekaragaman hayatinya. Julukan megabiodiversity country sudah disandang Indonesia sejak lama. Keanekaragaman hayati yang begitu besarnya disusun oleh banyak taksa (kelompok) makhluk hidup di dalamnya. Burung menjadi salah satunya.

Keanekaragaman burung di Indonesia mencapai 1,794 jenis (Burung Indonesia, 2020). Sebanyak 527 di antaranya adalah jenis endemik atau yang dapat dijumpai di Indonesia saja. Iya, hanya di Indonesia saja. Tidak dijumpai di belahan bumi mana pun selain di Indonesia. Oleh karena itu, banyak pengamat burung maupun peneliti asing begitu tertarik untuk mengamati dan mempelajari burung-burung Indonesia.

Selain burung endemik, kelompok burung lainnya yang menjadi bagian dalam 1.794 jenis burung di Indonesia adalah kelompok burung migran. Apa itu burung migran? Bentuknya seperti apa? Apakah mereka besar atau justru kecil?

Nah, untuk mengetahui jawabannya, yuk dibaca blog ini. Hehe.

burung biru-laut ekor-blorok. dokumentasi pribadi.


“Apa itu Burung Migran?”

Burung migran adalah burung yang melakukan migrasi/ruaya. Migrasi dapat didefinisikan sebagai pergerakan hewan secara musiman yang dapat diprediksi, berjarak jauh, dan biasanya melewati batas negara (Lee, 2018). Ciri migrasi lainnya adalah pergerakan yang bolak balik. Misalnya sekelompok burung bermigrasi dari Asia Utara ke Australia pada bulan Agustus, maka ada waktu lainnya (misalnya bulan Februari) mereka kembali lagi ke Asia Utara.

Migrasi secara umum menempuh jarak yang jauh. Namun demikian, beberapa ahli juga menyebutkan terdapat migrasi dalam jarak yang dekat atau short distance migration. Selain berkaitan dengan jarak, terdapat pula bentuk migrasi yang berkaitan dengan ketinggian atau altidunal migration. Dalam altidunal migration, kelompok hewan bermigrasi dari daerah pegunungan menuju dataran rendah lalu kembali ke pegunungan pada waktu yang lain.


“Siapa saja yang termasuk burung migran?”

Jenis burung migran sangat bervariasi. Jika dikelompokkan, secara sederhana dapat menjadi burung migran dari kelompok:

1.Burung pemangsa. Contohnya elang-alap nipon (Accipiter gularis).

2.Burung terestrial (non-pemangsa). Contohnya sikatan bubik (Muscicapa daaurica). 

3.Burung pantai. Contohnya kedidi golgol (Calidris ferruginea).

4.Burung air (non-pantai). Contohnya angsa-kerdil kapas (Nettapus coromandelianus).

burung sikatan bubik. dokumentasi pribadi.

“Di mana burung melakukan migrasi?”

Dalam konteks migrasi jarak jauh, karena migrasi bersifat bolak balik, maka perilaku tersebut melibatkan dua lokasi. Lokasi asal dan tujuan (bermigrasi). Lokasi asal adalah lokasi awal mula di mana burung tersebut menetas dan berbiak. Lokasi tersebut berada di belahan bumi di luar kawasan tropis, misalnya kawasan Rusia, Mongolia, Alaska, Australia, dan sebagainya.

Lokasi kedua adalah lokasi tujuan. Lokasi ini adalah kawasan tropis dan sekitarnya maupun kawasan yang berseberangan dari lokasi asal. Misalnya burung yang berasal dari Alaska melakukan migrasi ke kawasan tropis seperti Indonesia dan kawasan lain seperti New Zealand. New Zealand dapat dikatakan sebagai kawasan yang berseberangan untuk burung tersebut karena ia berasal dari Alaska (belahan bumi utara) menuju New Zealand (belahan bumi selatan).


“Kapan burung melakukan migrasi?”

Burung melakukan migrasi berbeda-beda waktunya. Lokasi dan musim menjadi faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut. Burung yang berasal dari belahan bumi utara memiliki waktu migrasi yang berbeda dari burung dari belahan bumi selatan. Berkaitan dengan musim, burung melakukan migrasi saat terjadi musim yang “menghilangkan” sumber makanannya, misalnya musim dingin.

Sebagai gambaran tentang waktu migrasi, berikut contoh waktu migrasi untuk burung pantai:

sumber: Panduan Studi Burung Pantai (Howes dkk, 2003).


“Mengapa burung melakukan migrasi?”

Burung melakukan migrasi untuk bertahan hidup. Pada saat terjadi musim dingin di lokasi asalnya, sumber makanan mereka menyusut. Untuk mendapatkan makanan, mereka harus berpindah menuju daerah yang lebih hangat. 


“Bagaimana burung melakukan migrasi?”

Layaknya manusia yang hendak bepergian jauh perlu menyiapkan bekal, begitu pula burung yang hendak bermigrasi. Burung bermigrasi pada waktu yang tepat. Sebelumnya, mereka akan memperbanyak makan dan ditimbun dalam bentuk lemak. Burung yang hendak bermigrasi biasanya terlihat lebih gemuk. Persiapan cadangan lemak ini penting karena banyak dari mereka menumpuh jarak yang sangat jauh. Untuk burung pantai dari belahan bumi utara, banyak yang singgah di suatu tempat untuk mencari makan. Tempat persinggahan tersebut disebut kawasan stop over. Salah satu stop over yang paling terkenal dalam migrasi burung adalah muara Sungai Kuning di Cina. Tapi, beberapa jenis burung dapat bermigrasi dengan terbang secara non-stop pula tanpa berhenti di stop over. Contohnya adalah burung biru-laut ekor-blorok (Limosa lapponica) yang terbang dari Alaska menuju New Zealand selama 8-9 hari non-stop. Luar biasa!

salah satu tipe habitat burung bermigrasi. dokumentasi pribadi.

Dalam suatu video dokumenter Cornell Lab of Ornithology, disebutkan jika burung pantai yang bermigrasi sudah tertanam rute migrasinya pada DNA mereka sehingga burung muda yang baru bermigrasi pertama kali tetap tahu ke mana mereka menuju. Meskipun demikian, dalam perjalanan migrasinya tetap ada faktor-faktor lain yang memandu mereka. Faktor itu adalah medan magnet bumi, posisi bintang, dan tengara visual penting lainnya seperti gunung dan perbukitan. Berkaitan dengan medan magnet, di dalam bagian tubuh burung pantai (di area sekitar paruh) terdapat senyawa magnetit yang dapat mendeteksi keberadaan medan magnet. Jadi magnetit ini menjadi semacam kompas mereka. 

Kendati mereka telah memiliki kemampuan menentukan rute perjalanan dan bekal cadangan lemak, tidak ada jaminan dapat mencapai lokasi tujuan migrasi dengan selamat. Banyak faktor yang dapat mengancam mereka, seperti perburuan, kerusakan stop over, polusi cahaya perkotaan, gedung kaca yang tinggi, dan lainnya. 

Banyaknya faktor yang mengancam migrasi burung menyebabkan monitoring terhadap mereka semakin lebih penting. Mengamati secara berkala keberadaan dan menghitung jumlah mereka dapat memberikan informasi yang terbaru. Lalu, bagaimana cara mengamati burung yang bermigrasi? Sebenarnya untuk mengamati burung yang bermigrasi tidak jauh berbeda dengan pengamatan burung pada umumnya. Hanya saja untuk waktu pengamatan, kita harus menunggu mereka datang/melintas di Indonesia, tidak bisa sepanjang tahun. Lalu untuk tempat harus menyesuaikan juga dengan pengelompokan mereka. Misalnya untuk burung pemangsa kita memilih lokasi perbukitan/pegunungan dengan bidang pandang yang luas. Lalu untuk burung pantai kita bisa mengamatinya di kawasan pesisir.

Mengamati dan mempelajari burung bermigrasi sangat menyenangkan sebenarnya. Bentuk tubuh, sumber makanan, perilaku mereka, sungguh bervariasi. Menarik untuk diamati secara langsung. Saya punya cerita juga berkenaan burung bermigrasi, tentang bagaimana kita bisa mengetahui dari mana mereka berasal. Salah satu caranya dengan melihat “cincin dan bendera” yang mereka bawa. Jika penasaran, Anda bisa baca ceritanya dengan klik di sini ya, hehe.


Referensi:

Burung Indonesia. 2020. Infografis Burung di Indonesia 2020. di akses melalui http://www.burung.org/2020/02/17/infografis-status-burung-di-indonesia-2020/ 

Howes, John, dkk. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Bogor: Wetland International Indonesia Programme.

Lee, Woo-Shin, et al. 2018. Field Guide to The Waterbirds of ASEAN. Seoul: AKECU.


[silakan tuliskan komentar jika ada informasi/bahasan yang terlewat dan perlu saya tambahkan, terima kasih :)]


Sleman, di waktu senja tanggal 20 bulan sembilan.

rahmadiyono. 

Comments

Popular posts from this blog

Jantan Betina yang Terlihat Sama

Burung secara umum memiliki morfologik yang berbeda antara jantan dengan betina. Pengamat burung sering menyebut “yang jantan itu lebih cantik”, hehe. Argumen tersebut muncul bukan karena sebab, karena secara umum burung jantan memang mempunyai bulu yang lebih berwarna-warni, lebih menarik intinya. Salah satu fungsi dari bulu yang lebih berwarna pada jantan adalah untuk menarik perhatian betina ketika memasuki masa breeding atau berkembang biak. Istilah perbedaan morfologik tersebut disebut dimorfisme (“di” menunjukkan dua, morf: morfologik/bentuk luar). Akan tetapi, terdapat pula jenis-jenis burung yang mempunyai morfologik yang mirip antara jantan dan betina atau akrab disebut monomorfisme. Jenis burung yang masuk dalam kelompok monomorfisme membuat pengamat burung kesulitan untuk mengidentifikasi mana jantan dan mana betinanya. Burung pijantung kecil. Foto oleh Radhitya Anjar. Kiri betina, kanan jantan. Saat kita mengamati burung monomorfisme dengan cara biasa (hanya

Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh

Pappermint from Abu Nabat Afrizal Haris, dok pribadi. Pekan lalu sembari menikmati sore di sekolahan, mencoba berselancar di dunia maya mencari sesuatu yang barangkali dapat menambah semangat saya. Pencarian membawa saya pada channel YouTube Al Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah.  Saya pribadi sebenarnya sangat jarang mengikuti kajian beliau secara daring, hanya beberapa kali melihat postingannya Irfan (teman di kampus) yang isinya ceramah singkat beliau.   Melihat beberapa judul video pendek yang menarik, saya unduh beberapa di antaranya, lalu pulang. Haworthria -sejenis kaktus- menjadi teman saya mendengarkan untaian petuah beliau, hingga pada ucapan yang beliau nukil dari Syaikh Ushaimi hafidzahullah : Man tsabata nabata, jika  diterjemahkan kurang lebih artinya “Barangsiapa yang kokoh, dia akan tumbuh”. Ustadz Nuzul Dzikri menyampaikan kalimat tersebut sebagai pesan agar kita konsisten dalam mengikuti kajian. Jika sudah mengikuti satu kajian (tentu saja

BTW#2 "Takur tulung-tumpuk / Black-banded Barbet / Psilopogon javensis"

Bismillahirrahmaanirrahiim Foto oleh Swiss Winnasis di TNGM  Takur tulung-tumpuk mempunyai ukuran agak besar (26 cm), berwarna-warni. Bulu dewasa biasanya hijau polos. Mahkota kuning dan bintik kuning di bawah mata, tenggorokan merah. Ada bercak merah pada sisi dada dan kerah lebar hitam melewati dada atas dan sisi kepala sampai mata. Setrip hitam yang kedua melewati mata.  Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun suram (MacKinnon, 2010). Takur tulung-tumpuk merupakan burung genus Megalaima dari famili Capitonidae (Horsfield, 1821), tetapi didalam website IUCN RedList 2015 del Hoyo dan Collar (2014) memasukkan takur tulung-tumpuk kedalam genus Psilopogon sehingga nama ilmiahnya menjadi Psilopogon javensis. Perjumpaan pertama saya dengan takur tulung-tumpuk terjadi pada tanggal 22 Maret 2014 di Plawangan, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Hingga saat ini, saya tidak pernah berjumpa lagi melainkan hanya mendengar suaranya. Suara takur tulung-tumpuk sangat khas dan muda