Masjid Kampus UGM, 23 Februari 2020
(note: bukan tulisan saya)
Nikmat iman, nikmat Islam, nikmat taufik adalah nikmat-nikmat yang harus kita syukuri. Kemudian kita berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat, ilmu yang hanya menjadi goresan-goresan pena. Namun, tidak diejawantahkan dalam kehidupan.
Dalam kehidupan, memiliki suatu masalah adalah hal yang positif (normal). Para nabi juga memiliki masalah (cobaan), bahkan termasuk yang paling berat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang sholih, kemudian selanjutnya, kemudian setelahnya”.
Semakin sholih seseorang, maka dia akan semakin dicoba.
Dunia ini penuh dengan masalah. Kecilnya masalah tidak menentukan kebahagiaan kita. Apa buktinya? Buktinya adalah manusia yang paling bahagia adalah para Rasul, tetapi pada saat yang sama para rasul adalah orang yang paking banyak dan berat cobaannya.
Seseorang yang memiliki masalah walaupun satu saja, akan menjadi gagal atau sengsara tatkala tidak mempunyai ilmu untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Poinnya adalah kebahagiaan atau kesengsaraan ketika menghadapi ujian bukan tentang beratnya ujian tetapi ilmu yang dimiliki. Seberapa pun beratnya ujian, ketika seseorang memiliki ilmu untuk menghadapinya maka kondisi hati pun akan tenang dan bahagia. Sebaliknya, semudah apapun ujiannya jika tidak mempunyai ilmunya maka seseorang akan merasa sengsara. Salah satu dalil yang menunjukkan ilmu menjadi modal untuk menghadapi masalah adalah:
"Bagaimana engkau bisa bersabar sedangkan engkau tidak mengetahui?" (Surat Al Kahfi: 68).
Analogi sederhana untuk memahami ini adalah ketika kita menjalani ujian di sekolah, misalnya ujian mata pelajaran fisika. Saat ujian fisika, siapa yang tahu jawabannya? Tentu guru fisikanya (pembuat soal ujian).
Maka, renungkanlah! Siapa yang menciptakan ujian-ujian untuk kita? Siapa yang menciptakan ujian rumah tanggamu? Siapa yan menciptakan ujian kehidupan Anda? Simak firman Allah dalam Surat Al Mulk ayat 14;
Allah-lah yang lebih mengetahui tentang ciptaanNya.
Allah yang paling tahu tentang ujian yang diberikan kepada antum.
Allah yang menciptakan masalah-masalah untuk menguji antum.
Karena Allah yang menciptakannya (masalah), maka Dia juga-lah yang paling mengetahui jawabannya.
Hal yang kadang manusia lupakan bahwa ketika dia telah berhasil dalam suatu bidang, dia merasa bisa menguasai semua bidang. Padahal ujian-ujian kehidupan terus berjalan, ujian terus bergulir, karena apa yang kita pelajari dahulu berbeda dengan ujian yang akan datang.
Oleh karena itu, kunci sukses menghadapi ujian kehidupan adalah dengan mempelajari ilmu Dzat yang menciptakan ujian. Belajar agama bukan hanya suatu yang wajib, tetapi itu adalah sebuah kebutuhan. kita yang butuh sedangkan Allah tidak butuh kepada makhluk semuanya.
Penting untuk hadir di majelis-majelis rutin, karena masalah itu datangnya juga rutin. Bisa datang setiap hari (masalah itu). Rutin menghadiri majelis ilmu atau dapat dikatakan istiqomah terhadapnya bagaikan kita fokus pada satu titik. Fokus inilah yang membuat kita berkembang. Syaikh Ushaimi hafidzahullah mengatakan:
"Barangsiapa kokoh di suatu titik maka dia akan tumbuh berkembang"
(catatan: saya pernah membuat coretan ini pula pada blog dengan judul Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh)
Tentukan kajian rutin kita. Istiqomahlah! Baru Anda akan tumbuh. Kajian tematik itu penting, tabligh akbar itu penting, tapi kalau ingin tumbuh datangilah kajian rutin (dan istiqomahlah). Mari kita ingat, yang mengubah diri kita adalah rutinitas. Jika Anda ingin berhasil, maka hargai setiap inchi kehidupan Anda, hargai setiap ilmu yang Anda dapat. Hargai kajian rutin.
Kehidupan ini penuh dengan tantangan-tantangan. Hanya agama yang mampu menjawab tantangan-tantangan itu.
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu meskipun sedikit.” (makna dari أحب adalah yang paling besar pahalanya).
Jika ingin masalah-masalah terurai, maka belajarlah! Kenapa para Nabi bisa menghadapi masalah dengan tenang? Karena merekalah yang memiliki ilmu dengan sempurna.
Catatan sangat penting adalah untuk bisa merutinkan ilmu memang awalnya tidak mudah. Hampir semua hal positif fase awalnya berat. Jangan mundur dahulu, karena setelah itu akan timbul rasa nyaman. Semua fase di awal itu memang nggak enak.
Menjadi penuntut ilmu itu tidak mudah. Orang sukses itu minoritas.
"Sesungguhnya dagangan Allah itu mahal. Sesungguhnya dagangan Allah itu surga."
"Setiap anak Adam itu sering berbuat dosa, dan sebaik-baik pendosa adalah yang bertaubat."
Istiqomah itu sulit. kata ulama, perintah paling berat yang Nabi terima adalah istiqomah. Karena berat maka sebagaimana hadits tadi: "Amalah yang dicintai Allah adalah yang kontinu...."
"Siapa/apa yang datangnya cepat akan hilang/pergi dengan cepat pula."
Maka inilah salah satu hikmahnya mengapa Al-Qur'an itu diturunkan ayat demi ayat, tidak sekaligus turun.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan; "Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu tentang Allah dan ilmu tentang apa yang Allah suka dan Allah benci."
Ilmu tentang Allah itu seperti tauhid, iman, dan sebagainya. Ilmu tentang Allah ini harus kuat. Jika kuat maka itu menjadi pondasi yang kuat untuk bisa istiqomah. Memang membangun pondasi itu terkesan kurang seru, tapi ingat: Back to Basic. Duduklah di hadapan kitab-kitab ulama.
Konsep islam itu selalu belajar dari yang terbaik. Orang yang benar punya kualitas tidak akan belajar dari sembarang orang. Maka dalam belajar agama, belajarlah dari para sahabat nabi. Merekalah generasi terbaik.
Kenapa kalau ilmu dunia itu bisa habis-habisan?? Tapi kalau ilmu agama ndak habis-habisan. Itu tanda antum TIDAK konsisten.
Jika kematian itu pasti, maka apakah pantas engkau tidak serius belajar agama?
Luangkan waktu untuk belajar. Luangkan untuk yang pasti.
____
Catatan kajian Tabligh Akbar Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc. hafidzahullah.
Ditulis ulang dari catatan kajian milik saudara yang kucintai.
Maaf jika beberapa huruf Arab tidak bisa bersambung seperti selayaknya karena masalah sistem.
Kamar Kos,
Sabtu pagi yang cerah di hari ke-14 bulan empat.
(note: bukan tulisan saya)
بسم الله الرحمن الرحيم
Nikmat iman, nikmat Islam, nikmat taufik adalah nikmat-nikmat yang harus kita syukuri. Kemudian kita berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat, ilmu yang hanya menjadi goresan-goresan pena. Namun, tidak diejawantahkan dalam kehidupan.
Dalam kehidupan, memiliki suatu masalah adalah hal yang positif (normal). Para nabi juga memiliki masalah (cobaan), bahkan termasuk yang paling berat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اشر الناس بلاء الأنبياء ثم الصالحين ثم انفل ثم انفل
“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang sholih, kemudian selanjutnya, kemudian setelahnya”.
Semakin sholih seseorang, maka dia akan semakin dicoba.
Dunia ini penuh dengan masalah. Kecilnya masalah tidak menentukan kebahagiaan kita. Apa buktinya? Buktinya adalah manusia yang paling bahagia adalah para Rasul, tetapi pada saat yang sama para rasul adalah orang yang paking banyak dan berat cobaannya.
Seseorang yang memiliki masalah walaupun satu saja, akan menjadi gagal atau sengsara tatkala tidak mempunyai ilmu untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Poinnya adalah kebahagiaan atau kesengsaraan ketika menghadapi ujian bukan tentang beratnya ujian tetapi ilmu yang dimiliki. Seberapa pun beratnya ujian, ketika seseorang memiliki ilmu untuk menghadapinya maka kondisi hati pun akan tenang dan bahagia. Sebaliknya, semudah apapun ujiannya jika tidak mempunyai ilmunya maka seseorang akan merasa sengsara. Salah satu dalil yang menunjukkan ilmu menjadi modal untuk menghadapi masalah adalah:
و كيف تصبر على ما لم تحط به خبرًا
"Bagaimana engkau bisa bersabar sedangkan engkau tidak mengetahui?" (Surat Al Kahfi: 68).
Analogi sederhana untuk memahami ini adalah ketika kita menjalani ujian di sekolah, misalnya ujian mata pelajaran fisika. Saat ujian fisika, siapa yang tahu jawabannya? Tentu guru fisikanya (pembuat soal ujian).
Maka, renungkanlah! Siapa yang menciptakan ujian-ujian untuk kita? Siapa yang menciptakan ujian rumah tanggamu? Siapa yan menciptakan ujian kehidupan Anda? Simak firman Allah dalam Surat Al Mulk ayat 14;
ألا يعلم من خلق و هو اللطف الخبير
Allah-lah yang lebih mengetahui tentang ciptaanNya.
Allah yang paling tahu tentang ujian yang diberikan kepada antum.
Allah yang menciptakan masalah-masalah untuk menguji antum.
Karena Allah yang menciptakannya (masalah), maka Dia juga-lah yang paling mengetahui jawabannya.
Hal yang kadang manusia lupakan bahwa ketika dia telah berhasil dalam suatu bidang, dia merasa bisa menguasai semua bidang. Padahal ujian-ujian kehidupan terus berjalan, ujian terus bergulir, karena apa yang kita pelajari dahulu berbeda dengan ujian yang akan datang.
Oleh karena itu, kunci sukses menghadapi ujian kehidupan adalah dengan mempelajari ilmu Dzat yang menciptakan ujian. Belajar agama bukan hanya suatu yang wajib, tetapi itu adalah sebuah kebutuhan. kita yang butuh sedangkan Allah tidak butuh kepada makhluk semuanya.
Penting untuk hadir di majelis-majelis rutin, karena masalah itu datangnya juga rutin. Bisa datang setiap hari (masalah itu). Rutin menghadiri majelis ilmu atau dapat dikatakan istiqomah terhadapnya bagaikan kita fokus pada satu titik. Fokus inilah yang membuat kita berkembang. Syaikh Ushaimi hafidzahullah mengatakan:
من ثبت نبت
"Barangsiapa kokoh di suatu titik maka dia akan tumbuh berkembang"
(catatan: saya pernah membuat coretan ini pula pada blog dengan judul Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh)
Tentukan kajian rutin kita. Istiqomahlah! Baru Anda akan tumbuh. Kajian tematik itu penting, tabligh akbar itu penting, tapi kalau ingin tumbuh datangilah kajian rutin (dan istiqomahlah). Mari kita ingat, yang mengubah diri kita adalah rutinitas. Jika Anda ingin berhasil, maka hargai setiap inchi kehidupan Anda, hargai setiap ilmu yang Anda dapat. Hargai kajian rutin.
Kehidupan ini penuh dengan tantangan-tantangan. Hanya agama yang mampu menjawab tantangan-tantangan itu.
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu meskipun sedikit.” (makna dari أحب adalah yang paling besar pahalanya).
Jika ingin masalah-masalah terurai, maka belajarlah! Kenapa para Nabi bisa menghadapi masalah dengan tenang? Karena merekalah yang memiliki ilmu dengan sempurna.
Catatan sangat penting adalah untuk bisa merutinkan ilmu memang awalnya tidak mudah. Hampir semua hal positif fase awalnya berat. Jangan mundur dahulu, karena setelah itu akan timbul rasa nyaman. Semua fase di awal itu memang nggak enak.
Menjadi penuntut ilmu itu tidak mudah. Orang sukses itu minoritas.
أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةٌ، أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ الجَنَّةُ
"Sesungguhnya dagangan Allah itu mahal. Sesungguhnya dagangan Allah itu surga."
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
"Setiap anak Adam itu sering berbuat dosa, dan sebaik-baik pendosa adalah yang bertaubat."
Istiqomah itu sulit. kata ulama, perintah paling berat yang Nabi terima adalah istiqomah. Karena berat maka sebagaimana hadits tadi: "Amalah yang dicintai Allah adalah yang kontinu...."
من جاء سريع ذهب السريع
"Siapa/apa yang datangnya cepat akan hilang/pergi dengan cepat pula."
Maka inilah salah satu hikmahnya mengapa Al-Qur'an itu diturunkan ayat demi ayat, tidak sekaligus turun.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan; "Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu tentang Allah dan ilmu tentang apa yang Allah suka dan Allah benci."
Ilmu tentang Allah itu seperti tauhid, iman, dan sebagainya. Ilmu tentang Allah ini harus kuat. Jika kuat maka itu menjadi pondasi yang kuat untuk bisa istiqomah. Memang membangun pondasi itu terkesan kurang seru, tapi ingat: Back to Basic. Duduklah di hadapan kitab-kitab ulama.
Konsep islam itu selalu belajar dari yang terbaik. Orang yang benar punya kualitas tidak akan belajar dari sembarang orang. Maka dalam belajar agama, belajarlah dari para sahabat nabi. Merekalah generasi terbaik.
Kenapa kalau ilmu dunia itu bisa habis-habisan?? Tapi kalau ilmu agama ndak habis-habisan. Itu tanda antum TIDAK konsisten.
Jika kematian itu pasti, maka apakah pantas engkau tidak serius belajar agama?
Luangkan waktu untuk belajar. Luangkan untuk yang pasti.
(Lereng Gunung Ungaran, kabupaten Kendal. Dok pribadi) |
____
Catatan kajian Tabligh Akbar Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc. hafidzahullah.
Ditulis ulang dari catatan kajian milik saudara yang kucintai.
Maaf jika beberapa huruf Arab tidak bisa bersambung seperti selayaknya karena masalah sistem.
Kamar Kos,
Sabtu pagi yang cerah di hari ke-14 bulan empat.
Comments
Post a Comment