Skip to main content

Wejangan Uwaimir bin Malikal-Kahzraji

Abu Darda' ketika melintas di satu perkumpulan yang mereka sedang mengerumuni satu orang, mereka memukuli dan mencaci makinya, lalu Abu Darda' menghadap mereka seraya bertanya : "Ada apa gerangan dan apa yang terjadi ?"

Mereka menjawab :"Seseorang telah terjerumus dalam dosa besar."

Ia (Abu Darda') bertanya :"Apa pendapat kalian, jika ia terjerumus dalam sumur, tidakkah kalian akan mengeluarkannya dari kubangan sumur ?"

Mereka menjawab :"Benar."

Ia berkata :"Jangan kalian caci dia dan jangan kalian pukuli dia, melainkan nasihatilah dia dan tunjukanlah kepadanya jalan kebenaran serta memujilah kepada ALLAH yang telah menyelamatkan dan menjauhakan kalian dan terjatuh dalam dosanya."

Mereka bertanya :"Tidakkah engkau membencinya ?"

Ia menjawab :"Ya, aku membenci perbuatannya, jika ia meninggalkan perbuatan dosa tersebut, maka dia adalah saudaraku."

Pemuda tersebut (yang dipukuli) menghadap kehadapan Abu Darda', seraya berkata :"Berikanlah wasiat kepadaku, wahai sahabat Rasulullah SAW !"

Maka ia berkata kepada pemuda tersebut :"Wahai ananda, ingat dan dzikirlah pada ALLAH saat dalam keadaan suka dan ingatlah ALLAH dalam keadaan sulit !

Wahai ananda, jadilah engkau seorang ulama atau pelajar atau pendengar namun jangan menjadi model keempat (orang bodoh), (jika engkau menjadi orang bodoh) niscaya engkau akan binasa !

Wahai ananda, jadikanlah masjid sebagai tempat tinggalmu, karena sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Masjid itu adalah rumah setiap orang yang bertakwa."

dan sungguh ALLAH Ta'ala telah menjamin kepada siapa saja yang menjadikan masjid-masjid sebagai tempat tinggal mereka berupa kelapangan, keluasan, kasih sayang, dan kemampuan melintasi shirat untuk bertemu dengan ALLAH Ta'ala."

sumber : Buku Sirah Shahabat , penulis DR. Abdurrahman Ra'fat al-Basya.

Itu tadi nasihat dari Uwaimir bin Malikal-Kahzraji (Abu Darda'), semoga menjadi pembelajaran bagi saya maupun pembaca karena "Sungguh beruntung bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran."

Wallahu'alam... 

Comments

Popular posts from this blog

Jantan Betina yang Terlihat Sama

Burung secara umum memiliki morfologik yang berbeda antara jantan dengan betina. Pengamat burung sering menyebut “yang jantan itu lebih cantik”, hehe. Argumen tersebut muncul bukan karena sebab, karena secara umum burung jantan memang mempunyai bulu yang lebih berwarna-warni, lebih menarik intinya. Salah satu fungsi dari bulu yang lebih berwarna pada jantan adalah untuk menarik perhatian betina ketika memasuki masa breeding atau berkembang biak. Istilah perbedaan morfologik tersebut disebut dimorfisme (“di” menunjukkan dua, morf: morfologik/bentuk luar). Akan tetapi, terdapat pula jenis-jenis burung yang mempunyai morfologik yang mirip antara jantan dan betina atau akrab disebut monomorfisme. Jenis burung yang masuk dalam kelompok monomorfisme membuat pengamat burung kesulitan untuk mengidentifikasi mana jantan dan mana betinanya. Burung pijantung kecil. Foto oleh Radhitya Anjar. Kiri betina, kanan jantan. Saat kita mengamati burung monomorfisme dengan cara biasa (hanya

Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh

Pappermint from Abu Nabat Afrizal Haris, dok pribadi. Pekan lalu sembari menikmati sore di sekolahan, mencoba berselancar di dunia maya mencari sesuatu yang barangkali dapat menambah semangat saya. Pencarian membawa saya pada channel YouTube Al Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah.  Saya pribadi sebenarnya sangat jarang mengikuti kajian beliau secara daring, hanya beberapa kali melihat postingannya Irfan (teman di kampus) yang isinya ceramah singkat beliau.   Melihat beberapa judul video pendek yang menarik, saya unduh beberapa di antaranya, lalu pulang. Haworthria -sejenis kaktus- menjadi teman saya mendengarkan untaian petuah beliau, hingga pada ucapan yang beliau nukil dari Syaikh Ushaimi hafidzahullah : Man tsabata nabata, jika  diterjemahkan kurang lebih artinya “Barangsiapa yang kokoh, dia akan tumbuh”. Ustadz Nuzul Dzikri menyampaikan kalimat tersebut sebagai pesan agar kita konsisten dalam mengikuti kajian. Jika sudah mengikuti satu kajian (tentu saja

BTW#2 "Takur tulung-tumpuk / Black-banded Barbet / Psilopogon javensis"

Bismillahirrahmaanirrahiim Foto oleh Swiss Winnasis di TNGM  Takur tulung-tumpuk mempunyai ukuran agak besar (26 cm), berwarna-warni. Bulu dewasa biasanya hijau polos. Mahkota kuning dan bintik kuning di bawah mata, tenggorokan merah. Ada bercak merah pada sisi dada dan kerah lebar hitam melewati dada atas dan sisi kepala sampai mata. Setrip hitam yang kedua melewati mata.  Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun suram (MacKinnon, 2010). Takur tulung-tumpuk merupakan burung genus Megalaima dari famili Capitonidae (Horsfield, 1821), tetapi didalam website IUCN RedList 2015 del Hoyo dan Collar (2014) memasukkan takur tulung-tumpuk kedalam genus Psilopogon sehingga nama ilmiahnya menjadi Psilopogon javensis. Perjumpaan pertama saya dengan takur tulung-tumpuk terjadi pada tanggal 22 Maret 2014 di Plawangan, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Hingga saat ini, saya tidak pernah berjumpa lagi melainkan hanya mendengar suaranya. Suara takur tulung-tumpuk sangat khas dan muda