Skip to main content

"Lotic Ecosystem Dimension"

Bismillahirrahmaanirrahiim


Foto Sungai Gajah Wong, Papringan, Sleman
oleh Rahmadiyono Widodo
Dimensi ekosistem perairan mengalir menurut Ward (1989) terbagi menjadi empat dimensi, yaitu temporal, lateral, longitudinal, dan vertical

Vertical à Ekositem lotic terdapat perbedaan berdasarkan kedalaman. Sungai yang dangkal aliran sungainya pada permukaan dan dasar bisa dikatakan sama, sedangkan perairan lotic yang dalam aliran sungai pada permukaan berbeda dengan aliran pada dasar perairan.

Longitudinal à Ekosistem lotic dari ujung ke ujung memiliki gradasi perubahan ekosistem yang nyata. Perubahan pada sepanjang aliran terjadi secara continue.

Lateral à Ekosistem sungai dari tengah ke tepi hingga DAS mempunyai perbedaan/variasi.  suksesi temporal: suksesi berjalan dari waktu ke waktu
Suksesi spasial : suksesi berdasarkan ruang/tempat. Ada formasi tanaman dari daerah yang terendamair hingga DAS (Daerah Aliran Sungai).

Temporal à dari waktu ke waktu ekosistem lotic berubah.
Menurut teori geologi, sungai berkebalikan dengan manusia. Semakin tua, sungai semakin berkelok-kelok.


Materi disampaikan dalam kelas Biologi Perairan (semester 4) FMIPA UNY pada hari Rabu tanggal 27 Jumadil Ula 1436 H oleh Drs. Triatmanto, M.Si.


Sekian, semoga bermanfaat. Terimakasih. :)

diselesaikan di Laboraturium Pendidikan Biologi UNY
Kamis pagi, 28 Jumadil Ula 1436 H pukul 08.04 WIB
Salam dari saya,

-aLr-

Comments

Popular posts from this blog

Jantan Betina yang Terlihat Sama

Burung secara umum memiliki morfologik yang berbeda antara jantan dengan betina. Pengamat burung sering menyebut “yang jantan itu lebih cantik”, hehe. Argumen tersebut muncul bukan karena sebab, karena secara umum burung jantan memang mempunyai bulu yang lebih berwarna-warni, lebih menarik intinya. Salah satu fungsi dari bulu yang lebih berwarna pada jantan adalah untuk menarik perhatian betina ketika memasuki masa breeding atau berkembang biak. Istilah perbedaan morfologik tersebut disebut dimorfisme (“di” menunjukkan dua, morf: morfologik/bentuk luar). Akan tetapi, terdapat pula jenis-jenis burung yang mempunyai morfologik yang mirip antara jantan dan betina atau akrab disebut monomorfisme. Jenis burung yang masuk dalam kelompok monomorfisme membuat pengamat burung kesulitan untuk mengidentifikasi mana jantan dan mana betinanya. Burung pijantung kecil. Foto oleh Radhitya Anjar. Kiri betina, kanan jantan. Saat kita mengamati burung monomorfisme dengan cara biasa (hanya

Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh

Pappermint from Abu Nabat Afrizal Haris, dok pribadi. Pekan lalu sembari menikmati sore di sekolahan, mencoba berselancar di dunia maya mencari sesuatu yang barangkali dapat menambah semangat saya. Pencarian membawa saya pada channel YouTube Al Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah.  Saya pribadi sebenarnya sangat jarang mengikuti kajian beliau secara daring, hanya beberapa kali melihat postingannya Irfan (teman di kampus) yang isinya ceramah singkat beliau.   Melihat beberapa judul video pendek yang menarik, saya unduh beberapa di antaranya, lalu pulang. Haworthria -sejenis kaktus- menjadi teman saya mendengarkan untaian petuah beliau, hingga pada ucapan yang beliau nukil dari Syaikh Ushaimi hafidzahullah : Man tsabata nabata, jika  diterjemahkan kurang lebih artinya “Barangsiapa yang kokoh, dia akan tumbuh”. Ustadz Nuzul Dzikri menyampaikan kalimat tersebut sebagai pesan agar kita konsisten dalam mengikuti kajian. Jika sudah mengikuti satu kajian (tentu saja

BTW#2 "Takur tulung-tumpuk / Black-banded Barbet / Psilopogon javensis"

Bismillahirrahmaanirrahiim Foto oleh Swiss Winnasis di TNGM  Takur tulung-tumpuk mempunyai ukuran agak besar (26 cm), berwarna-warni. Bulu dewasa biasanya hijau polos. Mahkota kuning dan bintik kuning di bawah mata, tenggorokan merah. Ada bercak merah pada sisi dada dan kerah lebar hitam melewati dada atas dan sisi kepala sampai mata. Setrip hitam yang kedua melewati mata.  Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun suram (MacKinnon, 2010). Takur tulung-tumpuk merupakan burung genus Megalaima dari famili Capitonidae (Horsfield, 1821), tetapi didalam website IUCN RedList 2015 del Hoyo dan Collar (2014) memasukkan takur tulung-tumpuk kedalam genus Psilopogon sehingga nama ilmiahnya menjadi Psilopogon javensis. Perjumpaan pertama saya dengan takur tulung-tumpuk terjadi pada tanggal 22 Maret 2014 di Plawangan, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Hingga saat ini, saya tidak pernah berjumpa lagi melainkan hanya mendengar suaranya. Suara takur tulung-tumpuk sangat khas dan muda