Skip to main content

"Kebaikan diatas Kebaikan."

Bismillahirrahmaanirrahiim

Dalam kehidupan, ada berbagai macam kaidah yang mau tidak mau itu akan menjadi kawan dalam hidup kita. Salah satunya adalah kaidah :
“Allah meinggikan satu kebaikan diatas kebaikan yang lain.”
Jelas kan artinya ?
Kita sama-sama tahu, dari kaidah itu kita dapat belajar bahwasannya meskipun namanya sama-sama kebaikan tetap ada yang lebih diatas yang lainnya.
Lantas, selain itu apa yang dapat kita aplikasikan dari kaidah tersebut dalam kehidupan ?
Salah satu aplikasi dari kaidah tersebut adalah sebagai protector.
Ya, kaidah tersebut menjadi penjaga bagi kita supaya ktia tidak iri saat melihat saudara atau sahabat kita dapat melakukan kebaikan melebihi kebaikan yang kita lakukan.
Contoh, kita setiap pekannya mampu untuk bersedeqah Rp 3.000, sedangkan saudara kita yang dititipi harta lebih oleh Allah mampu bersedeqah Rp 100.000 tiap pekannya.
Melihat hal itu, maka janganlah membuat kita iri meskipun iri seperti itu termasuk satu dari dua iri hati yang diperbolehkan. Saat mengalami kondisi seperti pada contoh, kita selayaknya mengingat kaidah awal tadi, yaitu ada kebaikan diatas kebaikan yang lain.
Kita selayaknya sadar jika hal itu tetap sama-sama kebaikan.
Kita selayaknya senang karena kita masih diberi kesempatan untuk berbuat baik.
Kita selayaknya tidak menggerutu, atau meluapkan amarah didalam hati sambil bertanya”Kenapa dia mampu berbuat lebih ?”
Kita selayaknya menjadikan orang-orang yang mampu berbuat lebih dalam kebaikan menjadi penyemangat bagi kita untuk selalu berbuat baik.
Dan seperti perkataan seorang ustadz di Yogyakarta, “Allah menilai setiap usaha yang dilakukan oleh hambaNya.”
Maka, mari kita berusaha lebih untuk lebih berbuat baik.
Meskipun kebaikan kita dibawah kebaikan saudara kita, tetaplah berbuat baik, karena setiap usaha kita akan dinilai oleh Allah ‘azza wa jalla.

Diselesaikan di kamar kos, Pogung Dalangan.
Sabtu, 14 Dzulqa’idah 1436 H / 29 Agustus 2015 M.
Salam dari saya.



-aLr-

Comments

Popular posts from this blog

Jantan Betina yang Terlihat Sama

Burung secara umum memiliki morfologik yang berbeda antara jantan dengan betina. Pengamat burung sering menyebut “yang jantan itu lebih cantik”, hehe. Argumen tersebut muncul bukan karena sebab, karena secara umum burung jantan memang mempunyai bulu yang lebih berwarna-warni, lebih menarik intinya. Salah satu fungsi dari bulu yang lebih berwarna pada jantan adalah untuk menarik perhatian betina ketika memasuki masa breeding atau berkembang biak. Istilah perbedaan morfologik tersebut disebut dimorfisme (“di” menunjukkan dua, morf: morfologik/bentuk luar). Akan tetapi, terdapat pula jenis-jenis burung yang mempunyai morfologik yang mirip antara jantan dan betina atau akrab disebut monomorfisme. Jenis burung yang masuk dalam kelompok monomorfisme membuat pengamat burung kesulitan untuk mengidentifikasi mana jantan dan mana betinanya. Burung pijantung kecil. Foto oleh Radhitya Anjar. Kiri betina, kanan jantan. Saat kita mengamati burung monomorfisme dengan cara biasa (hanya

Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh

Pappermint from Abu Nabat Afrizal Haris, dok pribadi. Pekan lalu sembari menikmati sore di sekolahan, mencoba berselancar di dunia maya mencari sesuatu yang barangkali dapat menambah semangat saya. Pencarian membawa saya pada channel YouTube Al Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah.  Saya pribadi sebenarnya sangat jarang mengikuti kajian beliau secara daring, hanya beberapa kali melihat postingannya Irfan (teman di kampus) yang isinya ceramah singkat beliau.   Melihat beberapa judul video pendek yang menarik, saya unduh beberapa di antaranya, lalu pulang. Haworthria -sejenis kaktus- menjadi teman saya mendengarkan untaian petuah beliau, hingga pada ucapan yang beliau nukil dari Syaikh Ushaimi hafidzahullah : Man tsabata nabata, jika  diterjemahkan kurang lebih artinya “Barangsiapa yang kokoh, dia akan tumbuh”. Ustadz Nuzul Dzikri menyampaikan kalimat tersebut sebagai pesan agar kita konsisten dalam mengikuti kajian. Jika sudah mengikuti satu kajian (tentu saja

BTW#2 "Takur tulung-tumpuk / Black-banded Barbet / Psilopogon javensis"

Bismillahirrahmaanirrahiim Foto oleh Swiss Winnasis di TNGM  Takur tulung-tumpuk mempunyai ukuran agak besar (26 cm), berwarna-warni. Bulu dewasa biasanya hijau polos. Mahkota kuning dan bintik kuning di bawah mata, tenggorokan merah. Ada bercak merah pada sisi dada dan kerah lebar hitam melewati dada atas dan sisi kepala sampai mata. Setrip hitam yang kedua melewati mata.  Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun suram (MacKinnon, 2010). Takur tulung-tumpuk merupakan burung genus Megalaima dari famili Capitonidae (Horsfield, 1821), tetapi didalam website IUCN RedList 2015 del Hoyo dan Collar (2014) memasukkan takur tulung-tumpuk kedalam genus Psilopogon sehingga nama ilmiahnya menjadi Psilopogon javensis. Perjumpaan pertama saya dengan takur tulung-tumpuk terjadi pada tanggal 22 Maret 2014 di Plawangan, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Hingga saat ini, saya tidak pernah berjumpa lagi melainkan hanya mendengar suaranya. Suara takur tulung-tumpuk sangat khas dan muda