Skip to main content

"Antara Pendidikan dan Biodiversitas" (Sebuah Essay)

Bismillahirrahmaanirrahiiim










“BOB” (Block O Biodiversity) sebagai Alternatif Sumber Belajar
Materi Keanekaragaman Hayati untuk Siswa Sekolah Menengah Atas Kota Yogyakarta

Oleh : Rahmadiyono Widodo
(Pendidikan Biologi kelas Internasional 2013, Jurdik Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selalu berusaha untuk memerbaiki kualitas pendidikan Indonesia. Salah satu komponen pendidikan yang mendapat perhatian besar oleh Kemendikbud adalah kurikulum. Kurikulum dapat dikatakan sebagai pedoman atau landasan setiap pendidik dalam menyampaikan pengetahuan (dan juga value) kepada peserta didik. Kurikulum di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu kurikulum nasional dan kurikulum lokal (Suyanto, 2015). Dua kurikulum tersebut berlaku mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) sesuai standar masing-masing.

Pada tingkat SMA saat ini, diberlakukan dua kurikulum, yaitu kurikulum 2013 dan kurikulum KTSP. Adanya dua kurikulum dalam beberapa sekolah menengah atas (SMA) disebabkan karena uji coba kurikulum 2013 atau K 13 yang dirasa gagal. Akan tetapi, meskipun dua kurikulum tersebut berbeda, dalam hal Kompetensi Dasar (KD)  masih banyak terdapat persamaan. Salah satunya adalah Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran biologi kelas X mengenai keanekaragaman hayati. Pada KTSP dituliskan SK : 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati KD : 3.1 Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, keanekaragaman ekosistem melalui kegiatan pengamatan (Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, 2008: 3). Sedangkan pada K 13 dituliskan KD : 3.7 Mendeskripsikan keanekaragaman gen, jenis, ekosistem melalui kegiatan pengamatan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 110). Dari KD pada dua kurikulum tersebut, dapat diambil kesimpulan dalam menyampaikan materi keanekaragaman hayati perlu dikembangkan proses belajar mengajar berbasis pengamatan.

Pembelajaran berbasis pengamatan bukanlah metode belajar mengajar yang asing dalam mata pelajaran biologi. Pembelajaran biologi sebagaimana pembelajaran IPA pada umumnya membutuhkan kegiatan penyelidikan melalui observasi atau eksperimen (Depdiknas, 2007: 12). Pembelajaran biologi berbasis pengamatan dapat dikembangkan dengan mudah oleh sekolah-sekolah yang memiliki kebun/taman pribadi ataupun sekolah yang terletak pada daerah yang tidak padat penduduk. Akan tetapi, menurut Norhida (2012: 2) tidak semua sekolah mempunyai lingkungan yang kondusif untuk diadakan kegiatan pengamatan dalam hal fungsional untuk belajar keanekaragaman hayati. Sekolah-sekolah tersebut umumnya adalah sekolah yang terletak pada wilayah padat penduduk atau wilayah perkotaan. Salah satu kota dengan penduduk yang padat adalah Kota Yogyakarta. Menurut BPS DIY (2013) didalam Taufiqurrahman (2015), diantara lima wilayah kabupaten/kota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta menduduki peringkat pertama dalam hal kepadatan penduduk yaitu dengan nilai 12.123 jiwa/Km2 .

Setiap guru biologi dituntut untuk mampu melaksanakan proses pembelajaran berbasis pengamatan. Atas dasar tersebut, sekolah-sekolah menengah atas di Kota Yogyakarta yang minim taman/kebun sekolah ditambah ruang terbuka hijau (RTH) yang kecil membuat para guru biologi harus mampu menyiasati untuk dapat melaksanakan pembelajaran berbasis pengamatan meskipun tidak didalam sekolah. Cara yang umumnya ditempuh guru-guru adalah melakukan pengamatan di Kebun Binatang Gembira Loka (KBGL) atau di Kebun Plasma Nutfah Yogyakarta. Akan tetapi, meskipun kebun binatang atau kebun plasma nutfah dapat dijadikan alternatif tempat belajar observasi atau pengamatan keanekaragaman hayati, tempat tersebut dirasa kurang baik karena tidak bisa dipungkiri satwa-satwa yang ada di Kebun Binatang Gembira Loka banyak yang berasal dari luar wilayah Jawa bahkan tidak sedikit pula yang berasal dari luar negeri. Sementara menurut Paidi (2015), pembelajaran keanekaragaman hayati yang baik adalah manakala seorang guru mampu mengangkat atau mengetahui biodiversitas yang ada didalam wilayah sekolah berada. Pembelajaran berbasis pengamatan di Kebun Binatang Gembira Loka juga mempunyai kekurangan yang lain, yaitu diberlakukannya biaya atau tarif masuk yang cukup mahal meskipun untuk keperluan belajar. Dikarenakan hal tersebut, guru-guru biologi di Kota Yogyakarta seyogyanya mampu untuk mencari alternatif sumber belajar yang dapat menampilkan keanekaragaman hayati daerah, tidak mahal, dan juga tidak jauh dari lokasi sekolah. Alternatif tempat yang dapat digunakan untuk pembelajaran biologi materi keanekaragaman hayati yang dapat mewakili kriteria-kriteria tersebut adalah kawasan Blok O Sekolah Tinggi Teknologi Adi Soetjipto Yogyakarta.

Lokasi kawasan Blok O Sekolah Tinggi Teknologi Adi Soetjipto Yogyakarta seringkali disebut kawasan Yogya Adventure Zone atau oleh masyarakat sekitar hanya disebut Blok O. Secara administratif, kawasan Blok O masuk dalam kabupaten Bantul, tepatnya kecamatan Banguntapan. Lokasi Blok O tidak jauh dari wilayah Kota Yogyakarta, dengan mengendari sepeda motor lokasi tersebut dapat ditempuh dalam waktu hanya 15 menit. Kawasan Blok O yang tidak jauh dari kota dapat dijadikan alternatif sumber belajar. Kawasan Blok O dapat digunakan untuk mempelajari materi keanekaragaman hayati berbasis pengamatan karena kawasan tersebut mempunyai beberapa tipe lahan yaitu rawa, sawah, dan ladang datar berumput. Tipe lahan tersebut dapat digunakan oleh guru biologi sebagai alternatif sumber belajar yang mewakili keanekaragaman ekosistem. Adanya berbagai tipe lahan tersebut menjadikan nilai tambah sendiri untuk kawasan Blok O jika dibanding Kebun Binatang Gembira Loka atau Kebun Plasma Nutfah Yogyakarta karena pada KBGL hanya menjadi tempat belajar keanekaragaman hayati tingkat jenis (hewan). Dengan adanya tipe lahan yang berbeda tetapi dalam kawasan yang berdekatan, dapat digunakan guru untuk mengembangkan berbagai macam cara observasi, semisal dengan cara observasi group investigation atau yang seringkali disebut metode GI. Dalam satu kelas, guru dapat membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok dapat mengamati satu tipe ekosistem. Setelah melakukan pengamatan, setiap kelompok wajib mempresentasikan hasil yang didapat kepada kelompok yang lain. Dengan metode seperti ini, peserta didik diharapkan juga berkembang sikap ilmiah dan kemampuannya dalam menyampaikan pendapat.

Tidak hanya dapat digunakan untuk mempelajari keanekaragaman tingkat ekosistem, kawasan Blok O juga dapat digunakan sebagai sumber belajar materi keanekaragaman hayati tingkat jenis dan gen. Pembelajaran materi keanekaragaman hayati tingkat jenis, pada kawasan Blok O dapat diwakili oleh keanekaragaman burung atau birdiversity. Didalam buku Daftar Burung Daerah Istimewa Yogyakarta, Taufiqurrahman (2015) menyebutkan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai 340 jenis burung. Jenis tersebut tersebar dalam 5 wilayah kabupaten/kota. Persebaran burung di D.I. Yogyakarta juga dapat diamati di kawasan Blok O Sekolah Tinggi Teknologi Adi Soetjipto. Dalam satu tahun terakhir, setidaknya 23 familia burung tercatat tercatat dalam kegiatan pengamatan burung atau birdwatching di kawasan Blok O. Familia yang tercatat adalah famili Ardeidae, Rallidae, Turnicidae, Columbidae, Cuculidae, Apodidae, Alcedinidae, Capitonidae, Picidae, Artamidae, Campephagidae, Oriolidae, Rhipiduridae, Pycnonotidae, Hirundinidae, Cisticolidae, Zosteropidae, Dicaeidae, Nectariniidae, Passeridae, Ploceidae, Aegithinidae dan Estrildidae. 23 familia tersebut tersebar dalam 33 jenis burung, yaitu :
No.
Nama lokal
Nama ilmiah
1
Cinenen kelabu
Orthotomus ruficeps
2
Cucak kutilang
Pycnonotus aurigaster
3
Layang-layang rumah
Delichon dasypus
4
Bambangan merah
Ixobrychus cinnamomeus
5
Bambangan kuning
Ixobrychus sinensis
6
Kareo padi
Amaurornis phoenicurus
7
Mandar batu
Gallinula chloropus
8
Walet linchi
Collocalia linchi
9
Perenjak jawa
Prinia familiaris
10
Caladi tilik
Dendrocopos moluccensis
11
Sepah kecil
Pericrocotus cinnamomeus
12
Cekakak sungai
Todirhamphus chloris
13
Kepudang kuduk-hitam
Oriolus chinensis
14
Tikusan alis-putih
Porzana cinerea
15
Bondol jawa
Lonchura leucogastroides
16
Cabai jawa
Dicaeum trochileum
17
Burung-gereja erasia
Passer montanus
18
Kacamata biasa
Zosterops palpebrosus
19
Tekukur biasa
Streptopelia chinensis
20
Perkutut jawa
Geopelia striata
21
Kipasan belang
Rhipidura javanica
22
Bondol peking
Lonchura punctulata
23
Cipoh kacat
Aegithina tiphia
24
Kuntul kerbau
Bubulcus ibis
25
Burung-madu kelapa
Anthreptes malacensis
26
Burung-madu sriganti
Nectarinia jugularis
27
Raja-udang meninting
Alcedo meninting
28
Wiwik lurik
Cacomantis sonneratii
29
Takur ungkut-ungkut
Megalaima haemacephala
30
Gemak loreng
Turnix suscitator
31
Manyar tempua
Ploceus philippinus
32
Kekep babi
Artamus leucorhynchus
33
Wiwik uncuing
Cacomantis sepulclaris

            Keanekaragaman jenis-jenis burung tersebut dapat digunakan sebagai sumber belajar materi keanekaragaman hayati tingkat jenis berbasis pengamatan. Setiap peserta didik dengan bantuan alat pengamatan burung seperti binocular atau kamera dapat belajar melalui pengamatan secara langsung. Dengan melakukan pengamatan secara langsung adalam artian peserta didik bersinggungan dengan objek belajar, proses pembelajaran akan mampu berjalan lebih efektif dan sesuai tujuan dari kurikulum. Selain keanekaragaman burung yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, kawasan Blok O juga mempunyai keanekaragaman hewan lain seperti capung dan amfibia. Tak hanya keanekaragaman tingkat ekosistem maupun jenis, kawasan Blok O juga dapat digunakan sebagai sumber belajar biodiversitas tingkat genetik. Bersama peserta didik, di kawasan Blok O seorang guru juga mampu melakukan pengamatan keanekaragaman hayati tingkat genetik misalnya mengamati perbedaan warna bunga yang masih dalam satu jenis.

          Keanekaragaman hayati di kawasan Blok O dapat digunakan sebagai alternatif guru biologi wilayah Kota Yogyakarta untuk melakukan pembelajaran terhadap materi keanekaragaman hayati berbasis pengamatan. Selain itu, kegiatan belajar di kawasan Blok O juga dapat dimanfaatkan oleh guru dalam menanamkan value berupa rasa kepedulian untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Pada hakikatnya munculnya rasa kepedulian terhadap keanekaragaman hayati Indonesia  juga merupakan tujuan dari kurikulum 2013 untuk kelas X SMA yaitu termaktub dalam KD 3.8 : Mendeskripsikan keanekaragaman hayati Indonesia, dan usaha pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam. Indonesia merupakan negara megabiodiversity. Keanekaragaman hayati Indonesia sangatlah tinggi. Jika dikaitkan dengan KD sebelumnya (KD 3.7), setelah guru biologi  mampu menyampaikan pembelajaran untuk mengenai deskripsi keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis, dan ekosistem melalui pengamatan langsung di kawasan Blok O, tugas guru selanjutnya adalah menyampaikan tentang manfaat dan usaha pelestarian sumber daya alam, termasuk didalamnya adalah pelestarian dari jenis-jenis fauna maupun flora di Indonesia.
            Penyampaian mengenai manfaat dan pelestarian jenis-jenis fauna dan flora di Indonesia juga dapat menggunakan contoh berupa fauna dan flora yang ada di kawasan Blok O. Misalnya, untuk menyampaikan manfaat sumber daya alam dan/atau keanekaragaman hayati, seorang guru dapat mengambil contoh dari tumbuhan enceng gondok (Eichornia crassipes) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan, pakan ternak, hingga indikator pencemaran suatu lingkungan. Selain itu, seorang guru juga dapat mengambil contoh dari burung-burung famili Alcedinidae seperti burung Cekakak sungai (Todirhamphus chloris) dan burung Raja-udang meninting (Alcedo meninting) yang mempunyai peran sebagai bioindikator suatu kawasan perairan. Setelah menyampaikan tentang manfaat dari fauna maupun flora yang ada dikawasan Blok O, guru menyampaikan pula tentang usaha pelestariannya. Fauna dan flora dikawasan Blok O dapat dilestarikan secara in situ. Seorang guru dapat mengajak peserta didik untuk menjaga kelestarian kawasan Blok O dengan berbagai cara sesuai kemampuan peserta didik masing-masing. Diharapkan setelah guru bersama peserta didik melakukan pengamatan keanekaragaman hayati dikawasan Blok O dan berdiskusi mengenai manfaat dan usaha pelestariannya, setiap peserta didik tumbuh rasa kepeduliannya terhadap lingkungan.
            Kawasan Blok O sebagai contoh lingkungan masih dapat diobservasi secara lebih dalam untuk menjadikannya sebagai sumber belajar, karena menurut Djohar (1987: 102) lingkungan menyimpan banyak sekali permasalahan-permasalahan yang dapat diungkap sebagai sumber belajar. Kaitannya dengan materi keanekaragaman hayati, kawasan Blok O dapat digunakan sebagai alternatif sumber belajar oleh guru dan siswa di wilayah Kota Yogyakarta karena beberapa hal seperti mempunyai beberapa tipe lahan, mempunyai keanekaragaman jenis burung yang cukup tinggi, tidak jauh dari wilayah kota, dan tidak dikenakan tarif atau biaya masuk. Selain itu, dengan melakukan pengamatan di kawasan Blok O, seorang guru telah memerkenalkan sebagian kecil keanekaragaman hayati Indonesia dimana harapannya saat peserta didik mengenal biodiversitas negaranya sendiri, mereka akan mempunyai rasa cinta dan semangat untuk menjaga kelestarian dan memanfaatkan secara bijak dari biodiversitas yang ada.


DAFTAR PUSTAKA
Depertemen Pendidikan Nasional. 2007. Panduan Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta.
Direktoral Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2008. Sistem Penilaian KTSP, Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran dan Remedial. Jakarta.
Djohar. 1987. Sejarah Pendidikan Science dan Implikasinnya Bagi Pengembangan Konsep Belajar Mengajar IPA. Melalui jurnal Cakrawala Pendidikan no.2 vol.17 IKIP Yogyakarta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Salinan Kurikulum 2013. Jakarta.
Norhida, Nyemas. 2012. Penyusunan Modul Pengayaan Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Hutan Bekas Peladangan Berpindah di Tenguwe Untuk Pokok Bahasan Keanekaragaman Tumbuhan Bawah dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keanekaragaman Tumbuhan Bawah pada Siswa SMA/MA kelas X. Skripsi. Jurdik Biologi FMIPA UNY : Yogyakarta.
Paidi. 2015. Teknologi Pembelajaran Biologi. Materi Presentasi. Jurdik Biologi FMIPA UNY : Yogyakarta.
Suyanto. 2015. Curriculum Development.  Materi Presentasi. Jurdik Biologi FMIPA UNY : Yogyakarta.
Taufiqurrahman, Imam, dkk. 2015. Daftar Burung di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yayasan Kutilang Indonesia : Yogyakarta.


Diselesaikan di kantor Kutilang Indonesia, Kompleks Taman Kuliner Condong Catur Yogyakarta,
Jumat, 25 Muharram 1437 H / 6 November 2015 M
Bersama rasa syukur,


-aLr-

Comments

Popular posts from this blog

Jantan Betina yang Terlihat Sama

Burung secara umum memiliki morfologik yang berbeda antara jantan dengan betina. Pengamat burung sering menyebut “yang jantan itu lebih cantik”, hehe. Argumen tersebut muncul bukan karena sebab, karena secara umum burung jantan memang mempunyai bulu yang lebih berwarna-warni, lebih menarik intinya. Salah satu fungsi dari bulu yang lebih berwarna pada jantan adalah untuk menarik perhatian betina ketika memasuki masa breeding atau berkembang biak. Istilah perbedaan morfologik tersebut disebut dimorfisme (“di” menunjukkan dua, morf: morfologik/bentuk luar). Akan tetapi, terdapat pula jenis-jenis burung yang mempunyai morfologik yang mirip antara jantan dan betina atau akrab disebut monomorfisme. Jenis burung yang masuk dalam kelompok monomorfisme membuat pengamat burung kesulitan untuk mengidentifikasi mana jantan dan mana betinanya. Burung pijantung kecil. Foto oleh Radhitya Anjar. Kiri betina, kanan jantan. Saat kita mengamati burung monomorfisme dengan cara biasa (hanya

Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh

Pappermint from Abu Nabat Afrizal Haris, dok pribadi. Pekan lalu sembari menikmati sore di sekolahan, mencoba berselancar di dunia maya mencari sesuatu yang barangkali dapat menambah semangat saya. Pencarian membawa saya pada channel YouTube Al Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah.  Saya pribadi sebenarnya sangat jarang mengikuti kajian beliau secara daring, hanya beberapa kali melihat postingannya Irfan (teman di kampus) yang isinya ceramah singkat beliau.   Melihat beberapa judul video pendek yang menarik, saya unduh beberapa di antaranya, lalu pulang. Haworthria -sejenis kaktus- menjadi teman saya mendengarkan untaian petuah beliau, hingga pada ucapan yang beliau nukil dari Syaikh Ushaimi hafidzahullah : Man tsabata nabata, jika  diterjemahkan kurang lebih artinya “Barangsiapa yang kokoh, dia akan tumbuh”. Ustadz Nuzul Dzikri menyampaikan kalimat tersebut sebagai pesan agar kita konsisten dalam mengikuti kajian. Jika sudah mengikuti satu kajian (tentu saja

BTW#2 "Takur tulung-tumpuk / Black-banded Barbet / Psilopogon javensis"

Bismillahirrahmaanirrahiim Foto oleh Swiss Winnasis di TNGM  Takur tulung-tumpuk mempunyai ukuran agak besar (26 cm), berwarna-warni. Bulu dewasa biasanya hijau polos. Mahkota kuning dan bintik kuning di bawah mata, tenggorokan merah. Ada bercak merah pada sisi dada dan kerah lebar hitam melewati dada atas dan sisi kepala sampai mata. Setrip hitam yang kedua melewati mata.  Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun suram (MacKinnon, 2010). Takur tulung-tumpuk merupakan burung genus Megalaima dari famili Capitonidae (Horsfield, 1821), tetapi didalam website IUCN RedList 2015 del Hoyo dan Collar (2014) memasukkan takur tulung-tumpuk kedalam genus Psilopogon sehingga nama ilmiahnya menjadi Psilopogon javensis. Perjumpaan pertama saya dengan takur tulung-tumpuk terjadi pada tanggal 22 Maret 2014 di Plawangan, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Hingga saat ini, saya tidak pernah berjumpa lagi melainkan hanya mendengar suaranya. Suara takur tulung-tumpuk sangat khas dan muda