Skip to main content

Ketika Kupu-Kupu Memikat Burung

Burung-madu kelapa betina menghampiri bunga kupu-kupu
Burung sebagai makhluk hidup, keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari makhluk yang lain. Terutama pohon. Jika mengatakan tentang pohon dan burung, seringkali yang terlintas dalam benak adalah pohon adalah rumah burung, tempat membangun sarang. Yap, betul sekali tetapi tidak mutlak. Kenapa? Karena kenyataannya memang banyak burung yang bersarang tidak pada pohon. Ada yang di tanah, tebing, atap-atap rumah, bahkan antena TV, hehe. OK, kembali ke bahasan pohon. Pohon memberikan banyak manfaat bagi burung, selain tempat bersarang, pohon juga menjadi tempat istirahat dan mencari makan baik dari bagian pohon itu secara langsung (misalnya buah) atau bukan dari bagian pohon (misalnya serangga yang hidup didalam batang). Banyak sekali pohon yang menjadi sumber makanan burung atau sering disebut sebagai pohon pakan. Pohon-pohon pakan tersebar luas dari hutan dataran tinggi hingga perkotaan. Setiap pohon yang tumbuh ditempat yang berbeda mempunyai karakteristik yang berbeda dan menjadi pangsa pasar bagi burung yang berbeda pula. Pohon beringin (biasanya Ficus benjamina) sering disebut-sebut sebagai pohon pakan bagi banyak burung didaerah urban atau perkotaan. Tapi kenyataannya memang benar, hehe. Akan tetapi, selain pohon beringin ada juga pohon pakan lain yang disukai oleh burung, yaitu pohon bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea).
Pohon bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) sering saya jumpai diarea perkotaan Yogyakarta. Beberapa tempat-tempat umum atau instansi pemerintahan ditanami pohon ini karena cukup rindang sekaligus mempunyai nilai estetika dari bunga-bunganya yang cantik. Selain rindang dan memiliki bunga-bunga yang cantik sehingga bisa dinikmati manusia, keberadaanya ternyata juga memikat burung-burung. Kemarin sore dan pagi ini saya pergi ke Kantor Kutilang di kompleks Taman Kuliner Condongcatur. 

Salah satu pohon bunga kupu-kupu didepan kantor Kutilang
Ada dua pohon bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) yang tumbuh didepan kantor Kutilang. Saya duduk dikursi disebrang kantor Kutilang. Saya mencoba menunggu dan memerhatikan burung-burung apa saja yang datang karena terpikat oleh pohon anggota Magnoliopsida ini. Berbekal kamera pinjaman dari teman, saya juga mencoba mengabadikan beberapa moment. Selama pengamatan, setidaknya saya melihat 6 jenis burung yang memanfaatkan pohon bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) untuk beraktivitas, yaitu Burung-madu kelapa (Anthreptes malacensis), Burung-madu sriganti (Cinnyris jugularis), Cabai jawa (Dicaeum trochileum), Burung-gereja erasia (Passer montanus), Bondol peking (Lonchura punctulata), dan Bondol jawa (Lonchura leucogastroides). OK, akan saya sampaikan satu persatu. Hehe

1.      Burung-madu kelapa/ Plain-throated Sunbird (Anthreptes malacensis)
Burung-madu kelapa betina yang menyesap nektar
Selama pengamatan, Burung-madu kelapa dapat saya katakan sebagai bos besar. Kenapa? Pasalnya dia berani dan sering mengusir burung-burung lain yang mendatangi pohon bunga kupu-kupu. Seakan-akan satu pohon hanya untuk dia dan satu anaknya. Yap, dalam pengamatan kemarin ada satu betina dewasa burung-madu kelapa dan satu juvenile yang masih terlihat gap pada paruhnya. Sang betina tersebut sering berpindah dari satu bunga ke bunga yang lain. Terlihat beberapa cara dia menyesap nektar, seperti dari mulut mahkota bunga (menenggelamkan kepala) dan juga dari samping organ bunga, tepatnya diantara pangkal mahkota. 
Jika sudah dirasa cukup, dia akan berpindah ke bunga yang lain dan ke pohon yang lain. Sang betina sangat aktif dalam mencari bunga-bunga hingga meninggalkan anaknya disalah satu ranting pohon. Setelah mendatangi beberapa bunga, dia kembali menghampiri anaknya dan pergi lagi.
Burung-madu kelapa meninggalkan bunga kupu-kupu

2.      Burung-madu sriganti/ Olive-backed Sunbird (Cinnyris jugularis)
Burung-madu sriganti betina
Ketika Burung-madu kelapa sibuk menyesap nektar bunga, rupanya ada satu burung-madu sriganti betina yang menyesap nektar bunga kupu-kupu pada ujung ranting kemudian berpindah ke rerimbunan daun. Burung-madu sriganti ini ukurannya lebih kecil dari burung-madu kelapa. Perbedaannya dengan betina burung-madu kelapa adalah burung-sriganti mempunyai paruh yang lebih melengkung dan ada garis putih (menyerupai alis) diatas matanya. Burung-madu sriganti juga mempunyai pola yang sama dalam menyesap nektar bunga kupu-kupu. Terkadang dia membenamkan kepala, adakalanya juga menyesap dari luar pangkal mahkota bunga.

3.      Cabai jawa/ Scarlet-headed Flowerpecker (Dicaeum trochileum)
Burung cabai jawa betina
Burung Cabai jawa juga merupakan salah satu burung yang mengunjungi pohon bunga kupu-kupu. Sepasang individu dewasa terlihat kejar-mengejar dari satu pohon ke pohon yang lain. Sesekali betina juga datang sendiri masuk dalam rerimbunan daun. Setelah saya perhatikan, ternyata yang didatangi oleh burung cabai jawa ini adalah benalu yang tumbuh pada batang pohon bunga kupu-kupu. Burung cabai jawa memang sangat menyukai buah benalu, tak heran jika dia dan juga anggota keluarga Dicaeidae dijuluki sebagai “Petani Benalu”. Ketika cuaca cukup cerah dan keadaan sepi, burung cabai jawa juga terlihat menelisik bulu sambil bertengger diranting pohon bunga kupu-kupu.

4.      Burung-gereja erasia/ Eurasian Tree Sparrow (Passer montanus)
Burung-gereja erasia
Burung ke-4 adalah burung-gereja erasia yang mengunjungi pohon bunga kupu-kupu dalam kelompok kecil. Burung ini hanya terlihat berpindah dari satu ranting ke ranting yang lain. Sesekali mereka juga terlihat menelisik bulu. Mereka sangat aktif “bermain” dengan kelompoknya. Tetapi, mungkin karena berisik dan sering berpindah-pindah ranting hingga ranting-ranting bunga sering bergoyang, kelompok ini tidak lepas dari usiran si bos betina burung-madu kelapa, hehe. Meskipun setelah mereka berpindah ke atas genting, mereka akan kembali lagi ke pohon bunga kupu-kupu.

5.      Bondol peking/ Scaly-breasted Munia (Lonchura punctulata)
Burung bondol peking dewasa
Keluarga Estrildidae ternyata juga menjadi salah satu pengunjung pohon bunga kupu-kupu sore itu. Terlihat individu dewasa hinggap pada ranting kering dan membersihkan bulunya. Awalnya saya kira bondol peking hanya memanfaatkan pohon bunga kupu-kupu sebagai tempat bertengger, ternyata tidak. Pada keesokan pagi saya mengunjungi pohon yang sama. Terlihat sepasang individu bondol peking dewasa dan 2 anakan mendatangi pohon bunga kupu-kupu. Individu dewasa beraktivitas seperti sore kemarin, yaitu hanya bertengger. Akan tetapi, individu muda bondol peking terlihat mengigit ujung ranting pohon bunga kupu-kupu dan memakan anthera (ujung benang sari) bunga. Saya amati lebih lama, individu muda tersebut sepertinya sangat menikmati apa yang dia makan. Ketika satu set anthera bunga habis, dia berpindah ke bunga yang lain. Saya tidak terlalu paham kenapa bondol peking memakan anthera bunga. Tetapi jika dihubungkan dengan struktur paruhnya yang pendek dan tebal, bondol peking memang tidak dapat menyesap nektar seperti halnya burung-madu. Dalam salah satu hasil penelitian yang terpublikasi dalam Jurnal HAYATI, disebutkan gula adalah salah satu zat yang terkandung dalam bunga. Mungkin dengan memakan anthera, asupan gula bondol peking dapat bertambah.
Individu muda bondol peking yang memakan anthera bunga kupu-kupu

6.      Bondol jawa/ Javan Munia (Lonchura leucogastroides)
Individu muda bondol jawa diatas kantor Kutilang
Selain bondol peking, keluarga Estrildidae yang mendatangi pohon bunga kupu-kupu adalah bondol jawa. Awalnya saya mengira tiga individu muda bondol yang berada didekat ranting kemarin adalah anakan bondol peking karena ada satu individu bondol peking dewasa pada ranting yang lain. Tetapi setelah individu muda itu pindah keatas genting, saya baru sadar jika mereka adalah bondol jawa. Saya ketahui jika mereka bondol jawa adalah adanya warna hitam pada leher dan dada bagian atas yang belum sempurna.





Nah, itu tadi sekilas tentang catatan saya ketika mengamati burung-burung di pohon bunga kupu-kupu. Dari yang saya amati kemarin sangat terlihat suatu hubungan antara burung dengan pohon. Pohon bunga kupu-kupu menghasilkan nektar yang dapat dimakan oleh burung-madu, daunnya yang cukup lebat juga dimanfaatkan burung-burung yang lain untuk istirahat. Pohon bunga kupu-kupu mendapatkan manfaat pula yaitu polinasinya dibantu oleh burung-madu karena burung-madu yang membenamkan kepalanya pada bunga kupu-kupu secara tidak langsung polen menempel pada paruh atau dahinya. Kemudian saat burung-madu berpindah ke bunga yang lain, polen ini dipindahkan secara tidak sengaja. Tetapi, adakalanya hubungan ini hanya menguntungkan burung-madu karena jika proses penyesapan nektar dilakukan dari luar mahkota bunga, polen-polen tidak dapat menempel pada paruh burung-madu dan secara otomatis polen tidak tersebarkan. 
Penyesapan dari luar, hanya burung-madu yang diuntungkan

Terimakasih telah membaca, semoga bermanfaat. J


Diselesaikan di Serambi Masjid Mujahidin UNY.
Sabtu, 13 Jumadats Tsani 1438 H / 11 Maret 2017.
Salam dari saya,



-aLr-

Comments

Popular posts from this blog

Jantan Betina yang Terlihat Sama

Burung secara umum memiliki morfologik yang berbeda antara jantan dengan betina. Pengamat burung sering menyebut “yang jantan itu lebih cantik”, hehe. Argumen tersebut muncul bukan karena sebab, karena secara umum burung jantan memang mempunyai bulu yang lebih berwarna-warni, lebih menarik intinya. Salah satu fungsi dari bulu yang lebih berwarna pada jantan adalah untuk menarik perhatian betina ketika memasuki masa breeding atau berkembang biak. Istilah perbedaan morfologik tersebut disebut dimorfisme (“di” menunjukkan dua, morf: morfologik/bentuk luar). Akan tetapi, terdapat pula jenis-jenis burung yang mempunyai morfologik yang mirip antara jantan dan betina atau akrab disebut monomorfisme. Jenis burung yang masuk dalam kelompok monomorfisme membuat pengamat burung kesulitan untuk mengidentifikasi mana jantan dan mana betinanya. Burung pijantung kecil. Foto oleh Radhitya Anjar. Kiri betina, kanan jantan. Saat kita mengamati burung monomorfisme dengan cara biasa (hanya

Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh

Pappermint from Abu Nabat Afrizal Haris, dok pribadi. Pekan lalu sembari menikmati sore di sekolahan, mencoba berselancar di dunia maya mencari sesuatu yang barangkali dapat menambah semangat saya. Pencarian membawa saya pada channel YouTube Al Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah.  Saya pribadi sebenarnya sangat jarang mengikuti kajian beliau secara daring, hanya beberapa kali melihat postingannya Irfan (teman di kampus) yang isinya ceramah singkat beliau.   Melihat beberapa judul video pendek yang menarik, saya unduh beberapa di antaranya, lalu pulang. Haworthria -sejenis kaktus- menjadi teman saya mendengarkan untaian petuah beliau, hingga pada ucapan yang beliau nukil dari Syaikh Ushaimi hafidzahullah : Man tsabata nabata, jika  diterjemahkan kurang lebih artinya “Barangsiapa yang kokoh, dia akan tumbuh”. Ustadz Nuzul Dzikri menyampaikan kalimat tersebut sebagai pesan agar kita konsisten dalam mengikuti kajian. Jika sudah mengikuti satu kajian (tentu saja

BTW#2 "Takur tulung-tumpuk / Black-banded Barbet / Psilopogon javensis"

Bismillahirrahmaanirrahiim Foto oleh Swiss Winnasis di TNGM  Takur tulung-tumpuk mempunyai ukuran agak besar (26 cm), berwarna-warni. Bulu dewasa biasanya hijau polos. Mahkota kuning dan bintik kuning di bawah mata, tenggorokan merah. Ada bercak merah pada sisi dada dan kerah lebar hitam melewati dada atas dan sisi kepala sampai mata. Setrip hitam yang kedua melewati mata.  Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun suram (MacKinnon, 2010). Takur tulung-tumpuk merupakan burung genus Megalaima dari famili Capitonidae (Horsfield, 1821), tetapi didalam website IUCN RedList 2015 del Hoyo dan Collar (2014) memasukkan takur tulung-tumpuk kedalam genus Psilopogon sehingga nama ilmiahnya menjadi Psilopogon javensis. Perjumpaan pertama saya dengan takur tulung-tumpuk terjadi pada tanggal 22 Maret 2014 di Plawangan, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Hingga saat ini, saya tidak pernah berjumpa lagi melainkan hanya mendengar suaranya. Suara takur tulung-tumpuk sangat khas dan muda