Skip to main content

Launching Camping Family Kalikuning Adventure Park, Launching Edu-ekowisata Baru Merapi

Mendung. Kata yang menggambarkan suasana awal perjalanan sore pukul 16.30 itu. Berkendara bersama Janu Sambada dibawah langit Jalan Kaliurang yang kian menghitam membuat saya khawatir dengan kondisi diatas sana, Kali Kuning Cangkringan. Tak berselang lama, bressss. Butiran air itu datang menyerbu, membuat kami memutuskan untuk mengenakan mantel di emperan minimarket sambil menyaksikan sepasang sejoli muda dengan drama “kita putus” ala-ala sinetron. Perjalanan berlanjut. Jalan Kaliurang kami susuri hingga Pasar Pakem terlewat, Merapi Farma Herbal sudah dibelakang, dan plank petunjuk “Merapi Golf à, Lava Tour à” menjadi tanda kami untuk belok ke kanan menuju Cangkringan. Mengikuti jalan menuju lokasi kegiatan di Kali Kuning Advanture Park kami disuguhi pemandangan yang membuat saya bertanya-tanya: “Sejak kapan jeep-jeep ini membludak?”, maklum, saya terakhir ke Kali Kuning tahun 2015, dan tentunya berbeda kondisi saat itu. Satu sisi saya bersyukur karena ini menunjukkan lereng selatan Gunung Merapi kian banyak diminati wisatawan, tetapi pada sisi yang lain saya bertanya-tanya apakah sudah ada managemen yang mengatur jeep-jeep ini dengan baik terutama untuk keselamatan para wisatawan?. 

Tak perlu dipikirkan terlalu dalam hal itu, karena tujuan saya sore itu bukan untuk eksplorasi Kali Kuning dengan menggunakan mobil yang dianggap maco itu. Tujuan saya sore itu untuk memenuhi undangan dari Taman Nasional Gunung Merapi dalam kegiatan “Sarasehan di Merapi dalam Rangka Launching Camping Family di Taman Nasional Gunung Merapi” , sebenarnya ada tujuan lain, ketemu Mas Iqbal, hehe. Yap, dua hari sebelumnya Mbak Titin (staff di Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) ) mengirimkan daftar kelompok tracking kepada saya, saat melihat daftar nama kelompok lima, mata saya langsung tertuju pada nama terakhir: Iqbal Kautsar. Saya sendiri mengetahui soal beliau sudah lama dengan nama blog magisnya “Diaspora Iqbal”, membaca setiap tulisan beliau betul-betul ingin mengenal Indonesia lebih jauh, terutama Jogja yang ternyata menyimpan banyak destinasi wisata diluar daya jelajah saya yang sempit. Terimakasih Mbak Titin sudah membuat acara keren yang menjadi ajang saya ketemu beliau.....

Ok, kembali ke bahasan utama. Acara Launching Camping Family dilaksanakan selama dua hari (6-7/01) di salah satu kawasan Kali Kuning yang disebut dengan Kalikuning Advanture Park (KAP). Tema yang diangkat dalam kegiatan kemarin adalah Together in Harmony. Saya kurang tahu apa maksud dari panitia memilih tema itu, tetapi dalam praktik kegiatan saya mencoba mengira-ngira jika tema tersebut mempunyai maksud menyatukan komunitas-komunitas atau perorangan yang mempunyai latar belakang berbeda-beda untuk mengenalkan wisata di KAP kepada khalayak ramai. Banyak komunitas, perorangan, dan mitra BTNGM yang mengikuti acara kemarin, misalnya blogger, kader konservasi, pecinta alam dari lintas kampus, pengamat burung, dan lainnya. Dengan mengundang pihak-pihak dari latar belakang, ranah kerja, dan keahlian yang berbeda-beda menurut saya adalah cara yang jitu untuk mengenalkan wisata di KAP karena pasti akan muncul cerita wisata yang berbeda sehingga menambah lengkapnya khasanah indah wisata KAP.


Acara utama sarasehan sejatinya dimulai sekitar jam 19, tetapi sejak sore sudah cukup banyak peserta yang hadir sehingga ada acara “kenalan” terlebih dahulu di joglo selatan KAP. Dari acara ini saya mempunyai banyak teman baru, beberapa ternyata satu almamater dengan saya. Setelah kenalan, kami istirahat, sholat, dan makan malam. Makan malam dikemas dalam bentuk prasmanan, menu yang disajikan betul-betul menggugah selera, menu sederhana tetapi istimewa, apalagi ditambah satu kudapan khas Sleman: “Jadah Tempe”. Jadah Tempe memang menjadi salah satu makanan yang dicari wisatawan jika mengunjungi lereng selatan Merapi, termasuk disekitar kawasan Kali Kuning Adventure Park, makanan ini mudah untuk dijumpai.


(menu makan malam)


Acara utama dibuka oleh pembawa acara dan diikuti dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh semua peserta termasuk tamu-tamu penting seperti Ibu Evy dari Dinas Pariwisata Sleman, Pak Haryono kepala resor Cangkringan TNGM, Pak Bejo ketua pengelola KAP, dan Pak Slamet dari Polsek Cangkringan. Menyanyikan lagu kebangsaan dalam balutan udara dingin lereng Merapi betul-betul menjadi pengalaman tersendiri, jika Anda ingin merasakan, cobalah menginap di Camping Family KAP. 
(Ibu Ammy Kepala Balai TNGM (kerudung kuning, tengah) bersama narasumber yang lain)


Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Ibu Ammy (Kepala BTNGM). Beliau dengan gaya yang apa adanya menyampaikan informasi-informasi penting dan bermanfaat dalam sambutan. Dua diantaranya adalah tentang sistem zonasi TNGM dan biaya masuk kawasan. TNGM dan semua kawasan Taman Nasional yang merupakan hutan konservasi memang dibagi dalam zonasi-zonasi. Adanya zonasi ini mempunyai maksud supaya pemanfaatan kawasan dapat maksimal sesuai peruntukkannya. TNGM sendiri mempunyai tujuh zonasi yaitu zona inti, rimba, pemanfaatan, rehabilitasi, tradisional, religi, dan zona rehabilitasi dan rekonstruksi. Setiap zona mempunyai peruntukan masing-masing, contohnya adalah zona pemanfaatan yang digunakan untuk ruang publik dan usaha.

Informasi kedua adalah tentang biaya masuk kawasan. Biaya masuk TNGM hanya Rp 6.500 sudah termasuk asuransi. Biaya ini sudah ditetapkan oleh negara, dan setiap tiket yang dibeli, uangnya akan masuk ke kas negara, bukan ke BTNGM. Biaya ini terbilang sangat murah jika dibandingkan dengan apa yang wisatawan peroleh di TNGM, misalnya hutan yang asri, udara yang sejuk, pengamatan satwa liar, dan sebagainya. Jadi buat teman-teman yang masih sering “nrobos” loket atau lewat “pintu rahasia” mending di STOP ya, karena uang Rp 6.500 itu sudah dapat memanjakan mata dan menyegarkan pikiran kita. 

Setelah Ibu Ammy memberikan sambutan, acara dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh Mas Arif Sulfiantono dari resor Kemalang, doa yang khusuk dalam dinginnya malam semoga terkabulkan untuk suksesnya wisata di KAP, aamiin. Selepas berdoa, dilakukan penandatanganan nota kesepakatan (MoU) antara BTNGM oleh Ibu Ammy selaku Kepala Balai dengan pihak pengelola KAP oleh Bapak Bejo.
(Penandatanganan MoU)


Penandatangan nota kesepakatan bukan menjadi akhir kegiatan malam itu. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi antara peserta dengan BTNGM, dinas pariwisata, dan pengelola KAP. Diskusi tak terasa menginjak pukul 23, jagung-jagung bakar hanya tinggal batang buahnya, kacang sudah habis menyisakan kulitnya, pertanda untuk istirahat. Petikan gitar menjadi pengantar tidur kami malam itu.

Tempat istirahat peserta dibagi pada dua tempat. Beberapa peserta tidur di tenda Camping Family didekat joglo selatan dan peserta yang lain tidur di tenda doom dekat joglo utara, Joglo Semar. Kalikuning Advanture Park memang mempunyai dua lokasi untuk bermalam dengan fasilitas dan keunikan masing-masing. Tenda Camping Family disebelah selatan memiliki konsep tenda unik berbentuk prisma. Terdapat lima tenda seperti ini dengan kapasitas empat orang tiap tendanya dan fasilitas-fasilitas penunjang yang baik seperti toilet yang bersih, area bermain anak-anak, dan tempat berkumpul menikmati api unggun.
(Camping Family KAP, dok pribadi)

(Camping dengan tenda yang unik)
(salah satu tempat bermain anak-anak)

(Tenda Camping Family)

(Toilet)


(Area untuk api unggun, dok pribadi)

Peserta launching malam itu mendapatkan biaya gratis untuk bermalam didalamnya, tetapi kedepannya wisatawan yang akan menyewa tenda ini dikenakan biaya berdasarkan paket yang dipilih. Ada tiga paket yang ada yaitu standar, deluxe, dan premium. Setiap paket mempunyai biaya dan fasilitas yang berbeda, lengkapnya bisa dilihat pada gambar dibawah ini.
(Paket Camping Family, foto oleh Mbak Titin)

Lokasi bermalam yang satu di area tanah lapang sekitar 500 meter sebelah utara lokasi Camping Family. Malam itu kami yang dapat jatah tidur di doom diantar menggunakan mobil Polhut TNGM. Tenda doom sudah didirikan oleh panitia, kami tinggal menggelar matras, menggunakan sleeping bag, dan say good night ke Gunung Merapi. Seperti peserta di Camping Family, malam itu kami juga tidak dipungut biaya untuk tenda dan bermalam dikawasan yang masuk TNGM. Tetapi, kedepannya wisata yang dibuka untuk umum ini dikenakan biaya Rp 70.000,- untuk sewa doom dan matras plus Rp 20.000,- untuk biaya bermalamnya. Bagi Anda yang sudah mempunyai doom sendiri, cukup membayar biaya bermalamnya. Namun, jika boleh saran, sebaiknya menggunakan jasa dari pengelola kawasan karena dengan menyewa doom dari pengelola kawasan kita sama saja membantu memutar roda ekonomi masyarakat setempat. Area camping ini juga mempunyai fasilitas pendukung seperti toilet yang cukup banyak, mushola yang luas, dan beberapa spot foto "kekinian".

(Area camping dua, langsung menghadap merapi, dok pribadi)


Pukul 03.00 WIB saya terbangun karena gerimis turun. Gerimis ini cukup awet hingga lewat waktu shubuh. Setelah beribadah, saya kembali terlelap karena udara yang dingin membuat saya malas, apalagi jam juga masih menunjukkan pukul 04.30 WIB. Suara ramai dari tenda-tenda sebelah membangunkan saya, membuka tenda, dan ternyata langit sudah cukup terang meskipun tanpa wajah sang mentari pagi. Selapas membersihkan diri, saya bergabung dengan teman-teman yang menikmati pagi dengan kamera dan gawai mereka. Kicau burung Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) menemani kami pagi itu dikala Gunung Merapi masih tersipu malu, menutup puncaknya dengan kabut yang tak kunjung menghilang. Meskipun demikian, lereng-lereng yang hijau sudah dapat memanjakan mata kami. Panitia kegiatan mengumumkan untuk segera turun ke joglo selatan guna melanjutkan rangkaian kegiatan. Menjelang turun ke joglo, Gunung Merapi akhirnya sedikit menampakkan kegagahannya, puncak sedikit terlihat. Momen yang manis ini tentu tidak boleh kami lewatkan, langsung saja mengambil gambar sesuai keinginan masing-masing. Tak berselang lama, Gunung Merapi menutup dirinya lagi. Dan kami pun bergegas turun untuk sarapan dan persiapan kegiatan tracking.

(Terdapat spot untuk berfoto "kekinian")


(Lansekap hijau lereng merapi yang memanjakan mata Anda, dok pribadi)


Selepas sarapan, kami dibagi kedalam beberapa kelompok untuk kegiatan tracking. Saya dan Afrizal dari Biolaska UIN sayangnya tidak terjatah untuk ikut tracking dari awal. Kami berdua menggunakan motor langsung turun menuju pos birdwatching atau pengamatan burung di dekat pintu masuk Plunyon Kali Kuning. Tidak menunggu lama, peserta kegiatan launching KAP akhirnya sampai di pos birdwatching. Peserta bergantian mengamati burung menggunakan teropong monokuler yang disediakan oleh TNGM. Kawasan Plunyon ini memang cukup banyak jenis-jenis burung yang dapat diamati, seperti Kerak kerbau (Acrhidoteres javanicus), Perling (Aplonis sp.), Betet biasa (Psittacula alexandri), Bondol jawa (Lonchura leucogastroides), Elang-ular bido (Spilornis cheela), dan lainnya. Bagi Anda yang hobi mengamati burung atau ingin mengenal kehidupan burung, berwisatalah di area Plunyon ini. Jika ingin menikmati keindahan burung sedari pagi, Anda bisa bermalam di Camping Family KAP. Camping Family di KAP juga menyediakan alat birdwatching jika Anda mengambil paket duluxe atau premium, jadi tidak perlu khawatir jika Anda ingin pengamatan burung tetapi tidak memiliki peralatan untuk pengamatan.

(sepasang burung betet biasa)

(burung perling, dok pribadi)

(burung cucak kutilang, dok pribadi)


Setelah selesai memandu kelompok terakhir pengamatan burung, saya ikut kegiatan tracking bersama kelompok terakhir. Kami menyusuri aliran sungai Kali Kuning menuju lokasi Umbul Temanten. Menyusuri jalan setapak dengan suguhan tebing-tebing yang hijau membuat kami bahagia pagi itu. Si Kuning cantik, kupu-kupu marga Eurema dan jenis lainnya seperi Euploea menari-nari dengan anggunnya. Capung-sambar hijau Orthretum sabina dan Orthretum glaucum juga tak mau kalah menarik perhatian kami. Kali Kuning memang tak hanya tentang burung sejatinya, jenis-jenis serangga terbang seperti capung dan kupu-kupu juga dapat diamati dikawasan yang terkenal dengan airnya yang dingin dan jernih ini. Diluar kelompok fauna, Kali Kuning juga mempunyai potensi flora, salah satunya anggrek jenis Spatoglotis yang saya temui sedang mekar dengan cantiknya. Potensi fauna dan flora yang bervariasi ini menunjukkan Kali Kuning tidak hanya dapat menjual ekowisata, tetapi eduwisata yang menambah pengetahuan wisatawan tentang hidupan liar lereng selatan Gunung Merapi.

(Anggrek Spatoglottis, dok pribadi)

(Capung Orthretum glaucum, dok pribadi)

(Si Kuning, Eurema, dok.pribadi)

(Lantana camara, dok.pribadi)


Menikmati alam yang indah di jalur tracking memang mengasyikkan, tak terasa kami sampai di Umbul Temanten. Umbul ini terdiri dari dua mata air, Umbul Lanang dengan airnya yang memancar deras dan Umbul Wadon yang mengeluarkan air tetapi membentuk suatu genangan. Genangan lho ya, bukan kenangan, hehe. Tetapi jika ingin membuat kenangan di area Umbul Temanten ini memang indah. Pasalnya dua umbul ini mempunyai air yang dingin dan sangat jernih, pada genangan air Umbul Wadon juga terdapat ikan-ikan mas yang cantik, lansekap hijau dan menjulang tinggi menjadi penjaganya pada kedua sisi. Perpaduan yang indah tentunya. Di area umbul ini kami istirahat, ngopi, melakukan penanaman, foto bersama dan penutupan. Pada kegiatan penutupan ada hal penting yang disampaikan oleh pihak BTNGM, salah satunya tentang ekosistem Gunung Merapi yang harus dijaga bersama-bersama. Berwisata dan berkegiatan bersama di area TNGM memang menyenangkan, tetapi tetap harus memerhatikan dan menjaga kelestarian kawasan.

(Menyusuri jalur tracking yang hijau)


(aliran sungai Kali Kuning yang jernih)


(Menikmati Jadah Tempe ditepi Umbul Wadon nan jernih)

 

Foto bersama mengakhiri acara penutupan kegiatan launching. Kami kemudian mendaki untuk menuju lokasi kemah untuk makan siang bersama, packing dan pulang menuju rumah masing-masing. Sebelum pulang tentunya tak lupa untuk foto bersama teman-teman. Dua hari di Kalikuning Adventure Park memberikan wawasan dan cerita baru bagi saya dan peserta lainnya. Tentunya kami tidak ingin hanya kami yang merasakan keseruan berwisata yang mempunyai nilai eko dan eduwisata ini, kami juga ingin Anda merasakannya, jadi segera buka kalender Anda dan segera tentukan tanggal untuk berwisata di Camping Family Kalikuning Adventure Park bersama orang-orang tercinta, karena Gunung Merapi, lansekap yang hijau nan indah, air Kali Kuning yang dingin dan jernih, kicau burung yang merdu, indahnya kupu-kupu dan fauna flora lainnya dapat memanjakan Anda.....

(Bersama Mas Iqbal "Diaspora Iqbal" dan Kang Oblo "National Geographic Indonesia)

(Sedulur Paguyuban Pengamat Burung Jogja)


Yuk berwisata dan belajar di #tendafamilykalikuning #kalikuningadventurepark
Bagi yang belum tahu lokasi, bisa menggunakan aplikasi peta online ya, klik disini

Comments

Popular posts from this blog

Jantan Betina yang Terlihat Sama

Burung secara umum memiliki morfologik yang berbeda antara jantan dengan betina. Pengamat burung sering menyebut “yang jantan itu lebih cantik”, hehe. Argumen tersebut muncul bukan karena sebab, karena secara umum burung jantan memang mempunyai bulu yang lebih berwarna-warni, lebih menarik intinya. Salah satu fungsi dari bulu yang lebih berwarna pada jantan adalah untuk menarik perhatian betina ketika memasuki masa breeding atau berkembang biak. Istilah perbedaan morfologik tersebut disebut dimorfisme (“di” menunjukkan dua, morf: morfologik/bentuk luar). Akan tetapi, terdapat pula jenis-jenis burung yang mempunyai morfologik yang mirip antara jantan dan betina atau akrab disebut monomorfisme. Jenis burung yang masuk dalam kelompok monomorfisme membuat pengamat burung kesulitan untuk mengidentifikasi mana jantan dan mana betinanya. Burung pijantung kecil. Foto oleh Radhitya Anjar. Kiri betina, kanan jantan. Saat kita mengamati burung monomorfisme dengan cara biasa (hanya

Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh

Pappermint from Abu Nabat Afrizal Haris, dok pribadi. Pekan lalu sembari menikmati sore di sekolahan, mencoba berselancar di dunia maya mencari sesuatu yang barangkali dapat menambah semangat saya. Pencarian membawa saya pada channel YouTube Al Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah.  Saya pribadi sebenarnya sangat jarang mengikuti kajian beliau secara daring, hanya beberapa kali melihat postingannya Irfan (teman di kampus) yang isinya ceramah singkat beliau.   Melihat beberapa judul video pendek yang menarik, saya unduh beberapa di antaranya, lalu pulang. Haworthria -sejenis kaktus- menjadi teman saya mendengarkan untaian petuah beliau, hingga pada ucapan yang beliau nukil dari Syaikh Ushaimi hafidzahullah : Man tsabata nabata, jika  diterjemahkan kurang lebih artinya “Barangsiapa yang kokoh, dia akan tumbuh”. Ustadz Nuzul Dzikri menyampaikan kalimat tersebut sebagai pesan agar kita konsisten dalam mengikuti kajian. Jika sudah mengikuti satu kajian (tentu saja

BTW#2 "Takur tulung-tumpuk / Black-banded Barbet / Psilopogon javensis"

Bismillahirrahmaanirrahiim Foto oleh Swiss Winnasis di TNGM  Takur tulung-tumpuk mempunyai ukuran agak besar (26 cm), berwarna-warni. Bulu dewasa biasanya hijau polos. Mahkota kuning dan bintik kuning di bawah mata, tenggorokan merah. Ada bercak merah pada sisi dada dan kerah lebar hitam melewati dada atas dan sisi kepala sampai mata. Setrip hitam yang kedua melewati mata.  Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun suram (MacKinnon, 2010). Takur tulung-tumpuk merupakan burung genus Megalaima dari famili Capitonidae (Horsfield, 1821), tetapi didalam website IUCN RedList 2015 del Hoyo dan Collar (2014) memasukkan takur tulung-tumpuk kedalam genus Psilopogon sehingga nama ilmiahnya menjadi Psilopogon javensis. Perjumpaan pertama saya dengan takur tulung-tumpuk terjadi pada tanggal 22 Maret 2014 di Plawangan, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Hingga saat ini, saya tidak pernah berjumpa lagi melainkan hanya mendengar suaranya. Suara takur tulung-tumpuk sangat khas dan muda