Skip to main content

Menanam Kepedulian Bersama Taman Edukasi

Mahasiswa seringkali disebut sebagai agent of change atau agen perubahan, merubah suatu kondisi kearah yang lebih baik. Sebutan ini seringkali dilekatkan pada kegiatan mahasiswa yang berbau dengan politik, padahal kenyataanya menjadi agen perubahan tidak selalu tentang politik. Tahun 2014, saya bersama teman-teman saya mencoba untuk menjadi lebih aktif menyandang predikat “agen perubahan”, tetapi kami memilih jalan lain, bukan didunia politik melainkan dijalan pendidikan dan lingkungan. Kami mencoba mengajukan proposal Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat atau yang sering disebut dengan PKMM ke Kemenristek Dikti. Alhamdulillah PKM kami didanai untuk tahun pelaksanaan 2015. Judul lengkap PKM kami adalah “Taman Edukasi sebagai Langkah Awal Pendidikan Cinta Lingkungan dengan Pendekatan First Hand Experience bagi Siswa Kelas IV-V di Sekolah Dasar Negeri Nanggulan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta”.
Anak-anak membuat pot bunga dari botol bekas. Foto oleh: Rahmadiyono Widodo

Isu mengenai lingkungan menjadi dasar atau latar belakang kami membuat PKM. Dari tahun ke tahun kondisi lingkungan semakin mengkhawatirkan. Kebakaran hutan, longsor, banjir dan bencana alam lainnya seakan selalu tampil dalam deretan berita Tanah Air. Memang hal-hal tersebut merupakan bencana alam, tetapi bukan berarti disebabkan oleh alam sendiri, banyak diantaranya yang merupakan akibat dari perilaku manusia yang tidak mencintai lingkungan. Rasa cinta kepada lingkungan harus ditanamankan sejak manusia berada pada jenjang anak-anak supaya kelak saat mereka tumbuh hingga dewasa, rasa cinta lingkungan mereka dapat mereka ajarkan kepada anak-anak mereka. Hal inilah yang menjadi alasan kami mengapa menjadikan anak siswa sekolah dasar menjadi objek utama dalam PKM kami. Anak-anak sekolah dasar mempunyai pola pikir yang masih mudah untuk dibentuk dan dipengaruhi. PKM kami mencoba untuk membentuk rasa cinta lingkungan pada diri anak-anak tersebut. Menumbuhkan rasa cinta dan peduli lingkungan kepada anak-anak tidak bisa disampaikan dengan cara seperti pada forum-forum mahasiswa atau orang-orang dewasa seperti kegiatan seminar lingkungan, voulenteer bersih pantai atau penanaman pohon di hutan yang luas. PKM kami memodifikasi kegiatan-kegiatan pendidikan cinta lingkungan menjadi yang lebih sederhana yaitu dalam bentuk pembuatan taman bersama yang kami sebut dengan Taman Edukasi.

Pembuatan taman janganlah diasumsikan anak-anak bekerja keras membuat taman yang luas layaknya taman yang kita ketahui. Taman Edukasi adalah pemanfaatan sebagian kecil area SD N Nanggulan menjadi taman yang ditanami beberapa tanaman yaitu kelompok bunga, obat, sayur, dan buah. Kami berharap dengan anak-anak menanam tanaman secara langsung oleh diri mereka sendiri (first hand experience), mereka akan merasakan proses dalam menanam dan merasakan hasil yang mereka lakukan sehingga memunculkan rasa memiliki dan bermuara pada rasa peduli pada lingkungan. PKM kami laksanakan kurang lebih selama 4 bulan dengan kegiatan tatap muka dengan anak-anak secara langsung setiap hari Sabtu sepulang sekolah dengan durasi 1,5-3 jam. Bersama kesibukan kami yang semuanya aktivis kampus, terkadang kami tidak full team, tetapi karena rasa perhatian diantara kami alhamdulillah pembagian job desk dapat berjalan dengan baik.
Menanam bibit tanaman bunga. Foto oleh: Wulansari.

Dalam pengerjaan Taman Edukasi, anak-anak yang kami libatkan adalah anak kelas IV A dan B. Pengerjaan Taman Edukasi untuk pembongkaran block dan pemasangan tiang dan atap kami memakai jasa tukang bangunan dan diri kami sendiri, sedangkan anak-anak menjadi subjek utama dalam penanaman dan perawatan tanaman. Pada kegiatan awal, anak-anak kami ajak untuk bercerita tentang manfaat tumbuhan dan menonton film tentang cinta lingkungan. Pada kegiatan awal ini, cerita dalam bentuk diskusi dua arah kami tekankan. Kami mencoba untuk mengurangi pemberian materi yang terlalu banyak. Pertemuan selanjutnya adalah mengenalkan jenis-jenis tanaman disekitar anak-anak dan cara membuat semaian yang sederhana. Dalam setiap pertemuan kami dibantu oleh guru wali kelas. Sambil menunggu semaian tumbuh, anak-anak kami ajak untuk mengenali tempat untuk menanam dan cara memupuk tanah. Selain itu, anak-anak juga kami minta untuk memanfaatkan botol-botol bekas sebagai salah satu tempat untuk menanam. Kami meminta mereka untuk menghias botol bekas menjadi pot yang menarik. Tidak kami sangka, anak-anak sungguh kreatif dalam membuat gambar dan memadukan cat-cat hingga botol bekas terlihat menjadi pot bunga yang cantik. Setelah semaian tumbuh dan siap dipindahkan, anak-anak memindahkan semaian tanaman di Taman Edukasi. Setiap selesai kegiatan berkebun, kami juga mengajarkan kepada mereka untuk cuci tangan dengan baik dan membersihkan peralatan berkebun.

Proses demi proses, tahap demi tahap kami lalui bersama anak-anak. Senang rasanya saat kami kembali ke sekolah untuk berpamitan, Ibu guru menceritakan ada perubahan sikap pada anak-anak. Beliau menceritakan setiap pagi anak-anak rutin bergantian untuk menyiram tanaman yang mereka tanam. Setelah beberapa sayuran siap panen, ibu guru mengutarakan ceritanya yang bisa memanfaatkan sayuran untuk dipanen bersama disekolah.

PKM kami memang dilaksanakan hampir tiga tahun yang lalu, tetapi kami selalu berharap bahwa rasa cinta dan kepedulian kepada lingkungan selalu tumbuh didalam diri anak-anak hingga mereka dewasa. Rasa cinta dan kepedulian lingkungan adalah rasa yang harus dimiliki oleh semua orang. Pendidikan cinta lingkungan yang baik menjadi kunci estafet kepedulian ini dapat terus terjaga dari generasi ke generasi.

Foto bersama setelah selesai menyiapkan semaian tanaman sayur.


Mengenang kebersamaan bersama mereka,
Selasa, 13/03/2018.

Rahmadiyono

Note:
Narasi ini telah diikutkan dalam kompetesi Risetkita.id 




Comments

Popular posts from this blog

Jantan Betina yang Terlihat Sama

Burung secara umum memiliki morfologik yang berbeda antara jantan dengan betina. Pengamat burung sering menyebut “yang jantan itu lebih cantik”, hehe. Argumen tersebut muncul bukan karena sebab, karena secara umum burung jantan memang mempunyai bulu yang lebih berwarna-warni, lebih menarik intinya. Salah satu fungsi dari bulu yang lebih berwarna pada jantan adalah untuk menarik perhatian betina ketika memasuki masa breeding atau berkembang biak. Istilah perbedaan morfologik tersebut disebut dimorfisme (“di” menunjukkan dua, morf: morfologik/bentuk luar). Akan tetapi, terdapat pula jenis-jenis burung yang mempunyai morfologik yang mirip antara jantan dan betina atau akrab disebut monomorfisme. Jenis burung yang masuk dalam kelompok monomorfisme membuat pengamat burung kesulitan untuk mengidentifikasi mana jantan dan mana betinanya. Burung pijantung kecil. Foto oleh Radhitya Anjar. Kiri betina, kanan jantan. Saat kita mengamati burung monomorfisme dengan cara biasa (hanya

Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh

Pappermint from Abu Nabat Afrizal Haris, dok pribadi. Pekan lalu sembari menikmati sore di sekolahan, mencoba berselancar di dunia maya mencari sesuatu yang barangkali dapat menambah semangat saya. Pencarian membawa saya pada channel YouTube Al Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah.  Saya pribadi sebenarnya sangat jarang mengikuti kajian beliau secara daring, hanya beberapa kali melihat postingannya Irfan (teman di kampus) yang isinya ceramah singkat beliau.   Melihat beberapa judul video pendek yang menarik, saya unduh beberapa di antaranya, lalu pulang. Haworthria -sejenis kaktus- menjadi teman saya mendengarkan untaian petuah beliau, hingga pada ucapan yang beliau nukil dari Syaikh Ushaimi hafidzahullah : Man tsabata nabata, jika  diterjemahkan kurang lebih artinya “Barangsiapa yang kokoh, dia akan tumbuh”. Ustadz Nuzul Dzikri menyampaikan kalimat tersebut sebagai pesan agar kita konsisten dalam mengikuti kajian. Jika sudah mengikuti satu kajian (tentu saja

BTW#2 "Takur tulung-tumpuk / Black-banded Barbet / Psilopogon javensis"

Bismillahirrahmaanirrahiim Foto oleh Swiss Winnasis di TNGM  Takur tulung-tumpuk mempunyai ukuran agak besar (26 cm), berwarna-warni. Bulu dewasa biasanya hijau polos. Mahkota kuning dan bintik kuning di bawah mata, tenggorokan merah. Ada bercak merah pada sisi dada dan kerah lebar hitam melewati dada atas dan sisi kepala sampai mata. Setrip hitam yang kedua melewati mata.  Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun suram (MacKinnon, 2010). Takur tulung-tumpuk merupakan burung genus Megalaima dari famili Capitonidae (Horsfield, 1821), tetapi didalam website IUCN RedList 2015 del Hoyo dan Collar (2014) memasukkan takur tulung-tumpuk kedalam genus Psilopogon sehingga nama ilmiahnya menjadi Psilopogon javensis. Perjumpaan pertama saya dengan takur tulung-tumpuk terjadi pada tanggal 22 Maret 2014 di Plawangan, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Hingga saat ini, saya tidak pernah berjumpa lagi melainkan hanya mendengar suaranya. Suara takur tulung-tumpuk sangat khas dan muda