Skip to main content

Sarjana Burung Baluran, S.Pd.





Sarjana Burung? Burung Baluran? S.Pd? Eh, tulisan ini mau ke mana sih sebenarnya? Haha.

Sarjana Burung Bionic alumni Mbolang Baluran

Ok teman-teman, jadi sebagai pengantar bisa lihat foto di atas ya dan tulisan ini bukan tentang burung di Taman Nasional Baluran Jawa Timur ya, tapi hanya sebuah cerita dan sedikit ulasan dari produk tugas akhir saya dan dua sohib yang dulu pernah
mbolang ke Baluran selepas dari konferensi di Bali. Sebenarnya ke Baluran berempat sih, tapi karena si Arif bukan anak “Berpendidikan” (soalnya dia Biologi murni, haha) jadi nggak saya ulas deh tugas akhirnya di sini (sebenarnya juga karena saya nggak paham dunia peranggrekan yang dia jadikan tugas akhir).

KPPBI 3, Ketika belum 70 kg.

Tahun 2017 awal, saya, Andri “Hoho” Nugroho, dan Ratih “Rade” Dewanti, dan Ahmad Arif alhamdulillah diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil penelitian kami di Universitas Udayana Bali. Andri presentasi tentang edukasi anak-anak SMA terkait burung-burung UNY, Ratih dan saya tentang keragaman burung di Hutan Adat Wonosadi Gunungkidul, sedangkan saya dan Arif tentang perdagangan burung di pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Konferensi dengan nama Konferensi Peneliti dan Pemerhati Burung di Indonesia (KPPBI) itu adalah yang ke-3 kali dilaksanakan sejak kali pertama di IPB pada 2015. Semoga ada kesempatan cerita juga soal pengalaman di KPPBI, terutama yang ke-3, soalnya betul-betul mbolang ke Balinya, hehe. Sepulang dari Bali, kami mampir ke Taman Nasional Baluran di Situbondo, tapi kami nginepnya di Banyuwangi, nyari penginapan yang murah (cuma Rp 20.000 aja lur per malam per kamar). Di Baluran ngapain? Ya pengamatan burung tentunya, alhamdulillah nambah banyak jenis baru. Selepas dari Baluran, pulang dah ke Jogja dan saya bertiga (kecuali Arif) sudah harus siap-siap ditanyakan judul tugas akhir aka skripsi, hehe.

Progam Studi Pendidikan Biologi UNY sebenarnya sudah mengasah kemampuan mahasiswanya untuk mempersiapkan skripsi lebih awal, tapi ya mahasiswa sih ya, beda-beda responnya. Punya temen semester 5 dah ada proposal, jadi semester 6 atau semester khusus dia dah ambil data di sekolah. Dulu sebenarnya udah ada juga proposal untuk skripsi di semester 5, dan udah dikasih A sama kaprodi (tanda bisa lanjut), tapi nggak saya lanjutkan, hehe. Nah, kami bertiga ikut golongan yang nggak skripsian cepet-cepet waktu itu.

Sebagai anak pendidikan, tugas akhirnya ya nggak jauh-jauh dari analisa buku pelajaran, PTK (penelitian tindakan kelas), eksperimen kelas dengan suatu metode, membuat bahan ajar belajar, dan semisalnya. Kami bertiga pada posisi yang lain juga menyandang status anggota KPB Bionic UNY yang beranah di pengamatan burung. Pengen bisa menjadi Sarjana Burung juga seperti kakak-kakak kami yang mendahului, jadi pengetahuan kami tentang burung bisa dikolaborasikan dengan pengetahuan tentang pendidikan, gitu pengennya dulu. KPB Bionic sudah menetaskan cukup banyak Sarjana Burung, bisa dilihat detailnya di blognya Mas Imam. Ada Sarjana Burung dari Biologi murni, dan ada yang dari pendidikan. Namun di Bionic nggak wajib kok skripsinya harus burung, yang non burung juauh lebih banyak, wong yang skripsinya kimia dan teknik juga ada kok, haha.

Kembali ke bahasan soal kami bertiga ya. Jadi tanpa kesepakatan bersama, kami yang alumni birding Baluran ini ternyata sama-sama memilih membuat media belajar yang bernuansa burung. Andri sama Ratih dibimbing oleh dua dosen, sedangkan saya cuma satu (maklum dapat pembimbing fixnya paling akhir, jadi kena aturan baru, hehe). Andri dibimbing oleh Pak Sukiya dan Pak Suratsih, Ratih oleh Pak Suratsih dan Pak Suhandoyo, sedangkan saya hanya Pak Sukiya. Sebenarnya ketika masa pengerjaan skripsi saya, Pak Sukiya sudah pensiun, tapi beliau tetap berkenan membimbing (jadi saya anak bimbingan terakhir beliau T.T, jazaahullahu khairan, semoga Allah menjaga beliau). Nah, siapa yang mau diulas duluan? Andri dulu aja lah ya.


Andri Nugroho (Modul Pengayaan): Burung Hantu dan Upaya Pelesatariannya.

Media yang disusun oleh Andri adalah modul pengayaan. Apa sih modul pengayaan itu? Singkatnya ya, modul tipe ini adalah media belajar mandiri yang bisa digunakan peserta didik untuk menguatkan pemahaman pada suatu materi sekaligus menambah informasi baru yang umumnya tidak disampaikan saat penyampaian materi di kelas. Modul pengayaan ini digunakan oleh siswa yang sudah lulus batas minimal nilai yang ditetapkan. Kalau yang belum lulus ya otomatis harus remidi dulu.

Sampel Modul

Andri menyusun modul dengan topik burung hantu dan upaya pelestariannya. Usut punya usut, berdasarkan obrolan kami berdua, Andri memilih burung hantu karena adanya keprihatinan. Prihatin karena semakin maraknya perdagangan burung hantu dan pengekploitasian melalui wisata. Teman-teman tahu kan sejak beberapa tahun terakhir banyak tempat wisata yang terang-terangan menampilkan burung hantu untuk dijadikan pundi-pundi uang melalui fotografi? Padahal burung hantu sendiri secara umum adalah hewan nokturnal. Saat menampilkan mereka disiang hari sama aja memaksa mereka “bangun” bukan pada waktunya. Keprihatinan Andri semakin menjadi karena burung-burung hantu yang diekploitasi itu tidak mempunyai perlindungan dari pemerintah Indonesia, hiks. Andri kemudian mencoba membuat suatu media belajar yang harapannya dapat mengedukasi siswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya terkait pentingnya keberadaan burung hantu bagi lingkungan hidup.

Andri dalam penyusunan produknya menggabungkan desain menggunakan CorelDraw dan Microsoft Word. Awalnya produknya disusun dalam ukuran A4, tapi saat ini diubah dalam A5. Modul ini menggunakan kertas ArtPaper dengan isi 102 halaman full colour. Sampul depan menampilkan burung Serak bukit (Phodilus badius) dan sampul belakang kolase beberapa jenis burung hantu di Indonesia plus foto dirinya sebagai penyusun. Banyak informasi baru yang saya pribadi dapatkan ketika membaca modulnya Andri. Pada inti modul, Andri membaginya dalam tiga bahasan besar yaitu (1) Morfologi burung hantu (2) Burung hantu di kawasan D.I. Yogyakarta (3) Peran, ancaman, dan upaya pelesatarian burung hantu.

Sampel Modul 2

Bahasan Inti pertama, ditampilkan tentang burung secara umum, apa itu burung hantu, morfologinya, adaptasi yang dimiliki, dan klasifikasi burung hantu. Bahasan kedua, Andri mendeskripsikan tujuh jenis burung hantu yang ada di D.I. Yogyakarta. Rujukan jenis yang digunakannya adalah Daftar Burung Daerah Istimewa Yogyakarta (Taufiqurrahman, et al, 2015). Selain itu, Andri juga melakukan pengamatan secara langsung diberbagai kawasan di DIY, mulai dari kawasan wisata yang menampilkan burung hantu seperti Tebing Breksi dan Batu Alien hingga mengunjungi Desa Pelestarian Burung Hantu di Dusun Cangcangan Sleman. Pada bahasan inti ketiga dijabarkan tentang peran burung hantu, ancaman bagi mereka, dan upaya-upaya pelestarian yang dapat dilakukan. Pada setiap bahasan inti, Andri melengkapi dengan informasi sisipan, rangkuman, kuis seperti teka-teki silang dan tes formatif untuk menguji ingatan siswa, dan feedback. Pada bagian akhir modul, Andri memberikan tes sumatif yang memuat pertanyaan terkait materi pertama hingga terakhir. Selain itu juga terdapat glosarium untuk menjelaskan beberapa istilah asing dan kunci jawaban sebagai feedback.


Ratih Dewanti (Komik Pengayaan): Ada Apa dengan Burung di Kebun Buah Mangunan?

Selanjutnya mengulas produknya Mbak-mbak owner radeilustration ya. Produk yang dihasilkannya saya katakan sangat khas ala Ratih. Ratih membuat komik pengayaan dengan membuat lukisan secara manual, menscannya, kemudian baru mengeditnya menggunakan aplikasi CorelDraw. Dan hasilnya? Anda bisa menilai sendiri deh. Komik ini bertipe pengayaan sehingga tujuannya tidak jauh berbeda dari yang saya paparkan di awal tadi. Perbedaan dengan modul jelas dari cara menggiring siswa agar dapat mendapatkan pengetahuan. Komik membantu siswa mendapatkan penjelasan ilmu melalui suatu alur cerita yang disajikan dengan gambar yang dominan. Penyajian materi dalam komik umumnya juga sangat spesifik dan terbatas. Contohnya komik milik Ratih ini menyajikan materi spesifik untuk bahasan interaksi makhluk hidup.

Sampel Komik

Pada umumnya, saat membuat suatu produk tentu menampilkan keunggulannya, begitu pula komiknya Ratih. Komik Ratih bisa dikatakan menjadi gebrakan baru untuk penelitian di kawasan Kebun Buah Mangunan yang umumnya hanya seputar tetumbuhan. Ratih mencoba melakukan pengamatan langsung dan mencari pustaka yang dapat menunjukkan potensi Mangunan selain tetumbuhan. Penelusuran Ratih di internet mendapatkan informasi dari blognya Mas Uya tentang keragaman burung di sana. Konfirmasi melalui pengamatan langsung juga menunjukkan banyak burung liar yang hidup di Mangunan. Ratih mencatat terdapat 23 jenis burung. Potensi ini kemudian Ratih kembangkan menjadi komik dengan materi interaksi karena materi ini memang jarang diangkat oleh mahasiswa pendidikan, umumnya sih hanya keragaman (termasuk saya, haha).

Ratih menyusun produk tugas akhirnya dalam ukuran A5, kertas HVS 80gr full colour dengan jumlah halaman mencapai 76. Ya kalau komik memang baiknya nggak tebel sih. Dalam komiknya, Ratih membagi bahasan inti dalam lima bagian cerita yaitu (1) Mengenal mereka yang liar (2) Petualangan dimulai (3) Persaingan (4) Untung-rugi dalam sebuah hubungan (5) Hubungan yang tak terpisahkan.  Menurut saya, pemilihan judul tersebut sangat baik dan menarik. Dari judul-judul yang ada, siswa akan merasakan jika mereka membaca bacaan yang ringan dan membuat tertarik untuk menyelesaikan alur cerita. Alur cerita dalam komik ini diperankan oleh enam orang yaitu empat anak SMA mBantul bernama Rea, Riza, Kiki, dan Zahra, serta dua mahasiswa bernama Dera dan Gebra. Kalau Dera-nya sih saya yakin dari namanya sendiri Rade yang dibalik menjadi Dera, tapi kalau nama lima tokoh lainnya, saya nggak dapat inspirasi, haha.

Cerita pertama adalah mengenal burung-burung liar. Ratih membuat alur dalam bentuk si empat anak SMA mengikuti presentasi tentang burung dan latihan pengamatan burung oleh Dera dan Gebra di SMA Bantul. Bagian ini ditampilkan kondisi burung dalam data, alat pengamatan burung, dan cara identifikasi burung. Di akhir cerita pertama, anak-anak SMA mendapat tugas untuk mengamati interaksi makhluk hidup dilingkungan sekitar mereka, dan ke empat anak tersebut memutuskan untuk melakukan pengamatan di Kebun Buah Mangunan. Bagian kedua menceritakan kegiatan pengamatan burung di Kebun Buah Mangunan, tetapi karena si anak-anak SMA baru pemula mereka hampir menyerah dalam pengamatan burung, tanpa disadari tiga temannya, Riza ternyata mengajak Dera dan Gebra untuk membantu dalam pengamatan burung, akhirnya mereka semangat kembali.
Pada bagian ketiga sampai kelima, Ratih lebih menekankan tentang materi interaksi dan juga dilengkapi tentang informasi yang menambah wawasan terkait interaksi tidak hanya pada burung. 

Sampel Komik 2

Pada bagian ketiga, disampaikan materi tentang interaksi dalam bentuk kompetisi. Pada bagian ini, Ratih membuat alur cerita ke enam tokoh mengamati burung yang memperebutkan pasangan, memperebutkan makanan, dan kawasan teritori. Bagian keempat tentang materi mutualisme dan parasitisme. Ratih menyampaikan mutualisme dalam alur cerita enam tokoh mengamati burung madu sriganti (Cynniris jugularis) yang sedang menyesap nektar bunga. Parasitisme juga disampaikan pula dengan contoh si burung ghaib aka burung Wiwik yang terkenal dengan perilakunya merugikan jenis burung lain ketika memasuki masa berbiak. Pada bagian terakhir cerita, ditampilkan alur tentang hubungan antara burung dengan pohon dan komponen lingkungan lainnya. Setiap bagian cerita pada komiknya Ratih dilengkapi dengan rangkuman untuk memudahkan siswa dalam memahami. Pada bagian akhir komik, Ratih memberikan tes sumatif untuk menguji pemahaman siswa.

Komik yang dibuat oleh Ratih ini sejatinya juga menjadi sarana dalam menyebarkan potensi edukasi Kebun Buah Mangunan yang selama ini hanya populer untuk wisata massal biasa. Pada sisi lain juga menjadi sentilan bagi pihak pengelola untuk lebih mengenali kawasannya sendiri, hehe.


Rahmadiyono Widodo (Buku Panduan Identifikasi): Ragam Kukila Wanatirta.

Hmmm. Agak gimana gitu kalau mau mengulas produk sendiri, haha, tapi ya nggak papa sih, sapa tahu ada yang kecantol, wkwkwk. Sebagai alumni birding Baluran, ya saya coba ulas sedikit tentang produk tugas akhir saya untuk melengkapi cerita dua alumni di atas.
Produk yang saya hasilkan adalah buku panduan identifikasi burung di kawasan wisata Mangrove Wanatirta Kulon Progo. Ini sebenarnya adalah produk PKM yang saya kembangkan. Tujuan pembuatan produk ini untuk lulus S1 sih, haha. Namun tentu ada tujuan yang penting pula, yaitu untuk memberikan edukasi kepada wisatawan di kawasan tersebut tentang burung dan juga menjadi sarana yang membantu siswa atau mahasiswa yang melakukan studi lapangan untuk dapat mengidentifikasi burung.

Produk tugas akhir ini saya cetak dalam ukuran A5, kertas ArtPaper full colour dengan tebal 134 halaman. Dalam pengerjaan saya menggunakan aplikasi InkScape (maklum belum bisa beli CorelDraw, jadi cari yang gratis aja). Saya membagi bahasan inti menjadi lima yaitu (1) Mengenal burung (2) Pengamatan burung (3) Mengenal Kawasan Wanatirta (4) Lembar Identifikasi (5) Ayo Mengamati.

Sampel Buku

Pada bagian pertama dijabarkan dalam sub bahasan morfologik burung, macam-macam bentuk paruh dan kaki, perilaku burung, peran burung di alam, ancaman bagi burung, dan upaya pelestariannya. Pada bagian ini saya dibantu oleh Ratih untuk penyediaan gambar ilustrasi burung. Gambar-gambar yang digunakan selain ilustrasi adalah foto asli karya pribadi. Penggunaan foto asli karya pribadi meskipun kualitas kurang bagus tetap saya utamakan karena dulu pernah ikut sidang skripsi kakak tingkat yang dikritik dosen penguji karena foto dalam modulnya adalah foto-foto hasil unduh di internet. Pada bagian kedua tentang pengamatan burung, saya tampilkan pengamatan burung secara umum kemudian alat-alat yang digunakan dan tahapan dalam mengidentifikasi burung. Bagian ketiga tentang kawasan mangrove Wanatirta. Pada bagian ini saya sampaikan gambaran singkat tentang perbedaan ekosistem dalam kawasan tersebut yang terbagi dalam pemukiman penduduk, hutan mangrove, riparian sungai, area tambak, dan pantai. Untuk pemetaan saya dibantu oleh Achmad Fadhillah, S.Pd. dari P. Geografi UNY yang alhamdulillah saat ini diterima di UGM melalui LPDP, baarakallahu fiih.

Sampel Buku 2

Bagian inti yang mengambil porsi besar adalah bagian keempat yaitu lembar identifikasi yang sebelumnya ditampilkan tentang petunjuk cara membacanya. Bagian ini memuat 37 jenis burung yang dideskripsikan dari perilaku umum maupun di Wanatirta dan juga deskripsi morfologiknya. Setiap jenis dilengkapi dengan keterangan penggunaan habitat dan lokasi perjumpaan di Wanatirta, keterangan status konservasi, ukuran, perlindungan sosial, dan sosial. Bagian inti ini diupayakan menggunakan foto dari dalam kawasan, tetapi untuk jenis yang tidak dapat saya dokumentasikan dalam kawasan atau kualitasnya sangat buruk, saya mendapat bantuan foto dari teman-teman saya. Semoga bisa segera saya distribusikan buku saya kepada mereka sebagai bentuk terima kasih. Setelah bagian empat, terdapat bagian “Ayo Mengamati” yang memuat tentang panduan pengamatan burung di kawasan mangrove Wanatirta dan panduan dalam berdiskusi pula. Sebagai pelengkap untuk menguji daya ingat dalam menggunakan buku, diberikan beberapa soal formatif (yaa biar kelihatan kalau anak pendidikan, haha).

Itu tadi ulasan singkat yang saya berikan. Untuk detailnya silakan langsung baca aslinya saja ya karena saya nulis ini nggak bisa panjang-panjang, dah tengah malam, hehe. O ya, terkait Sarjana Burung dari Bionic yang bergelar S.Pd. sebenarnya ada produk lain juga yang dihasilkan. Ingatan saya terbatas, mungkin jika ada yang tahu bisa melengkapi, yang saya tahu sih ada Trio Legend Guru jebolan Kerinci Seblat; Mas Shaim yang produknya tentang perilaku makan burung Rangkong, Mas Zulqarnain tentang keragaman burung area pegunungan, dan Mas Kukuh tentang burung area rawa. Kemudian ada yang membuat silent photo sequence; Mas Gunarno tentang cabak kota dan Mas Abid tentang elang-ular bido ras bawean. Selain Mas Abid, diangkatan 2012 ada juga Mas Hasbi yang membuat produk modul (atau LKS ya?) tentang burung-burung di TN. Gunung Merapi mengangkat hasil penelitian Mbak Arellea. Kemudian untuk komik, sebelum Ratih ada juga Gahar yang membuat komik pengayaan tentang burung Ceret jawa di Merapi yang merupakan pengembangan skripsinya Mbak Ekky Rakhmawati. Dan insyaallah akan release juga modul burung-burung di Muara Sungai Progo karya Aghnan Pramudihasan (semoga Allah mudahkan, semangat Nan!!!).




Diselesaikan di kamar kos
Pogung Dalangan, penghujung hari kelima bulan pertama 2019.

Rahmadiyono.

Comments

Popular posts from this blog

Jantan Betina yang Terlihat Sama

Burung secara umum memiliki morfologik yang berbeda antara jantan dengan betina. Pengamat burung sering menyebut “yang jantan itu lebih cantik”, hehe. Argumen tersebut muncul bukan karena sebab, karena secara umum burung jantan memang mempunyai bulu yang lebih berwarna-warni, lebih menarik intinya. Salah satu fungsi dari bulu yang lebih berwarna pada jantan adalah untuk menarik perhatian betina ketika memasuki masa breeding atau berkembang biak. Istilah perbedaan morfologik tersebut disebut dimorfisme (“di” menunjukkan dua, morf: morfologik/bentuk luar). Akan tetapi, terdapat pula jenis-jenis burung yang mempunyai morfologik yang mirip antara jantan dan betina atau akrab disebut monomorfisme. Jenis burung yang masuk dalam kelompok monomorfisme membuat pengamat burung kesulitan untuk mengidentifikasi mana jantan dan mana betinanya. Burung pijantung kecil. Foto oleh Radhitya Anjar. Kiri betina, kanan jantan. Saat kita mengamati burung monomorfisme dengan cara biasa (hanya

Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh

Pappermint from Abu Nabat Afrizal Haris, dok pribadi. Pekan lalu sembari menikmati sore di sekolahan, mencoba berselancar di dunia maya mencari sesuatu yang barangkali dapat menambah semangat saya. Pencarian membawa saya pada channel YouTube Al Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah.  Saya pribadi sebenarnya sangat jarang mengikuti kajian beliau secara daring, hanya beberapa kali melihat postingannya Irfan (teman di kampus) yang isinya ceramah singkat beliau.   Melihat beberapa judul video pendek yang menarik, saya unduh beberapa di antaranya, lalu pulang. Haworthria -sejenis kaktus- menjadi teman saya mendengarkan untaian petuah beliau, hingga pada ucapan yang beliau nukil dari Syaikh Ushaimi hafidzahullah : Man tsabata nabata, jika  diterjemahkan kurang lebih artinya “Barangsiapa yang kokoh, dia akan tumbuh”. Ustadz Nuzul Dzikri menyampaikan kalimat tersebut sebagai pesan agar kita konsisten dalam mengikuti kajian. Jika sudah mengikuti satu kajian (tentu saja

BTW#2 "Takur tulung-tumpuk / Black-banded Barbet / Psilopogon javensis"

Bismillahirrahmaanirrahiim Foto oleh Swiss Winnasis di TNGM  Takur tulung-tumpuk mempunyai ukuran agak besar (26 cm), berwarna-warni. Bulu dewasa biasanya hijau polos. Mahkota kuning dan bintik kuning di bawah mata, tenggorokan merah. Ada bercak merah pada sisi dada dan kerah lebar hitam melewati dada atas dan sisi kepala sampai mata. Setrip hitam yang kedua melewati mata.  Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun suram (MacKinnon, 2010). Takur tulung-tumpuk merupakan burung genus Megalaima dari famili Capitonidae (Horsfield, 1821), tetapi didalam website IUCN RedList 2015 del Hoyo dan Collar (2014) memasukkan takur tulung-tumpuk kedalam genus Psilopogon sehingga nama ilmiahnya menjadi Psilopogon javensis. Perjumpaan pertama saya dengan takur tulung-tumpuk terjadi pada tanggal 22 Maret 2014 di Plawangan, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Hingga saat ini, saya tidak pernah berjumpa lagi melainkan hanya mendengar suaranya. Suara takur tulung-tumpuk sangat khas dan muda