Skip to main content

Tentang Wanita Bernama Bunda

(Photo by Rahmadiyono Widodo on Unsplash)


Kamis, tanggal 05 di bulan ini, bertemu dengan bayi yang lucu dan manis, panggil saja Ali. Dalam gendongan seorang wanita yang terlihat sudah memasuki usia senja, Ali tampak tenang. Tapi, dibalik tenangnya Ali, ternyata ia sudah tidak lagi mempunyai seorang ibu yang telah melahirkannya. Tujuh bulan yang lalu Ali lahir, dan pada hari yang sama, ibunya berpulang. Seperti yang sering kita dengar, seorang ibu akan memberikan apapun untuk anaknya, termasuk nyawa. Dan kisah Ali, menjadi pengingat bagi saya. Kisah Ali ini juga  mengingatkan saya kepada seorang laboran di kampus saya dahulu. Nyawa menjadi hal yang beliau gadaikan saat melahirkan anak kembarnya.

Berbicara tentang seorang ibu, saya punya kisah lainnya pula. Tentang seorang wanita yang telah renta. Mungkin usianya 80 tahunan. Nenek ini tengah sakit, kata seorang warga, beberapa hari sudah opname. Setelah diperbolehkan pulang, saya mampir ke rumah beliau.
Alhamdulillah, putra putri beliau sangat peduli, salah satu di antaranya yang bekerja di tanah Borneo bahkan telah menyiapkan air zam-zam untuk bunda tercintanya. Karena tahu beliau mempunyai air zam-zam dari putranya, saya sedikit berpesan untuk rutin meminumnya. Jawaban beliau betul-betul menampakkan sampai usia renta pun yang namanya seorang ibu akan selalu peduli dengan anaknya.

Saya berkata; "Mbah, ampun kesupen (jangan lupa) air zam-zamnya diminum, donga nyuwun kesembuhan kagem simbah (berdoa minta kesembuhan untuk nenek)."

Dijawab; "Aku yen ngombe yo ndonga, ning aku ndongane ngene, mugo-mugo aku mbi anakku mari (Saya kalau minum ya berdoa, tapi doanya begini; semoga saya sama putra saya sembuh)."

Iya, beliau mempunyai putra yang punya sakit menahun, sering kambuh. Di usia senjanya, beliau masih semangat mengurusi putranya. Kemarin saat opname, ternyata si putra juga ikutan sakit. Di tengah rasa sakit, kepedulian kepada anak tetap menjadi prioritas. Ya, begitulah seorang wanita yang bernama bunda. Dengan fitrahnya, mereka akan selalu peduli dengan putra putrinya.






09 Muharram 1441/08-09-19
Kamar Kos,


Rahmadiyono.
*)ini septemBercerita untuk hari Kamis yang tertunda.

Comments

Popular posts from this blog

Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh

Pappermint from Abu Nabat Afrizal Haris, dok pribadi. Pekan lalu sembari menikmati sore di sekolahan, mencoba berselancar di dunia maya mencari sesuatu yang barangkali dapat menambah semangat saya. Pencarian membawa saya pada channel YouTube Al Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah.  Saya pribadi sebenarnya sangat jarang mengikuti kajian beliau secara daring, hanya beberapa kali melihat postingannya Irfan (teman di kampus) yang isinya ceramah singkat beliau.   Melihat beberapa judul video pendek yang menarik, saya unduh beberapa di antaranya, lalu pulang. Haworthria -sejenis kaktus- menjadi teman saya mendengarkan untaian petuah beliau, hingga pada ucapan yang beliau nukil dari Syaikh Ushaimi hafidzahullah : Man tsabata nabata, jika  diterjemahkan kurang lebih artinya “Barangsiapa yang kokoh, dia akan tumbuh”. Ustadz Nuzul Dzikri menyampaikan kalimat tersebut sebagai pesan agar kita konsisten dalam mengikuti kajian. Jika sudah mengikuti satu kaji...

Berharap Takdir Terbaik

  Bismillah . Telah lama jari ini tidak menuliskan cerita, gagasan, atau sekadar catatan di blog ini. Jika diibaratkan rumah, mungkin blog ini sudah penuh dengan debu lengkap dengan jaring laba-laba di setiap sudutnya. Saatnya bersih-bersih? Belum sepertinya, haha . Seperti halnya menengok rumah yang telah lama ditinggalkan, pun dengan tulisan ini diutarakan. Hanya sebatas menengok. Menengok dengan harapan tak ada yang hilang, terutama semangat untuk selalu berjuang.  Kuawali kehadiran ini dengan menuliskan sebuah doa yang terlintas di benakku setelah memikirkan apa-apa yang terjadi di sini di dua tahun ini. Bahwa apa yang terjadi adalah takdir terbaik dari Allah. Bahwa Allah Mahabaik dan Maha Mengetahui yang terbaik.  اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ...

Sinergi Melestarikan Lingkungan; dari Tata Ruang hingga Mahasiswa yang Membanggakan.

Siang itu cukup terik ketika saya bersepeda di sekitar kota Yogyakarta. Suhu udara terasa panas hingga peluh keringat mulai membasahi punggung saya. Namun, semua berubah ketika saya melewati jalan yang penuh dengan pepohonan di samping kanan kirinya. Naungan pohon ketapang, mahoni, dan jenis lainnya menjadikan suasana begitu teduh dan sejuk. Saya mengayuh sepeda lebih pelan untuk menikmati oase di tengah panasnya perkotaan. Apa yang saya rasakan kembali mengingatkan tentang bagaimana lingkungan yang lestari memberikan manfaat kepada kita, para manusia.  Mengenal Lingkungan Lingkungan yang selama ini kita kenal sejatinya adalah kumpulan dari macam-macam makhluk hidup yang saling berinteraksi, termasuk dengan unsur lain seperti sinar matahari, air, dan semisalnya. Interaksi yang terbentuk menghasilkan banyak manfaat. Misalnya pepohonan yang menyerap air dan energi dari sinar matahari dapat tumbuh hingga besar lalu manusia memanfaatkan buahnya untuk dimakan hingga kayunya untuk baha...