Skip to main content

Catatan Akhir Tahun

 Tahun 2020 telah berlalu dengan segala "keunikan"nya. Bertebaran di dunia maya foto maupun status pisah sambut tahun 2020 ke 2021. Di antara yang muncul di beranda adalah foto langit dari Alvi Syahrin dengan kalimat tanya: Apa pelajaran berharga yang kamu dapatkan di tahun 2020?

Tahun 2020 memang tahun yang berat karena kehadiran pandemi Covid-19. Sistem kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi suatu negeri betul-betul dihajar oleh makhluk mikro ini. Tapi meskipun berat, 2020 sungguh berharga dan banyak kebaikan yang kita dapatkan di dalamnya. Bagi saya pribadi, 2020 memberikan pelajaran penting tentang relasi.

Segala puji bagi Allah yang mengatur kehidupan di alam semesta ini. Tahun 2020 memang berat, tapi alhamdulillah selama setahun diberikan waktu yang lebih banyak untuk bersama keluarga, menghadapi tantangan bersama. Alhamdulillah pula tahun 2020 dibuka dan ditutup bersama karib yang sama. Seorang karib yang kutemukan karena sajak-sajak kata, seorang karib yang kehadirannya begitu bermakna meski tidak sering bersua.

Dalam kehidupan yang penuh sesak dengan berbagai urusan ini, kita seringkali dihadirkankan orang dengan aneka watak dan sikapnya. Kadang kita tidak tahu alasan-alasan di balik pertemuan yang ada, tapi satu hal yang selayaknya kita pegang, mengutip frasa dari seorang dokter muda yang pernah saya baca: "semua ada tujuan." Singkat tapi menyiratkan pesan yang tegas. Bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita pasti ada tujuannya, yang mana penuh dengan hikmah dari Allah. Termasuk kehadiran kawan kita.


Pogung Dalangan, hari empat bulan satu tahun 2021.



rahmadiyono.

Comments

Popular posts from this blog

Jantan Betina yang Terlihat Sama

Burung secara umum memiliki morfologik yang berbeda antara jantan dengan betina. Pengamat burung sering menyebut “yang jantan itu lebih cantik”, hehe. Argumen tersebut muncul bukan karena sebab, karena secara umum burung jantan memang mempunyai bulu yang lebih berwarna-warni, lebih menarik intinya. Salah satu fungsi dari bulu yang lebih berwarna pada jantan adalah untuk menarik perhatian betina ketika memasuki masa breeding atau berkembang biak. Istilah perbedaan morfologik tersebut disebut dimorfisme (“di” menunjukkan dua, morf: morfologik/bentuk luar). Akan tetapi, terdapat pula jenis-jenis burung yang mempunyai morfologik yang mirip antara jantan dan betina atau akrab disebut monomorfisme. Jenis burung yang masuk dalam kelompok monomorfisme membuat pengamat burung kesulitan untuk mengidentifikasi mana jantan dan mana betinanya. Burung pijantung kecil. Foto oleh Radhitya Anjar. Kiri betina, kanan jantan. Saat kita mengamati burung monomorfisme dengan cara biasa (hanya

Dia yang Teguh, Dia yang Tumbuh

Pappermint from Abu Nabat Afrizal Haris, dok pribadi. Pekan lalu sembari menikmati sore di sekolahan, mencoba berselancar di dunia maya mencari sesuatu yang barangkali dapat menambah semangat saya. Pencarian membawa saya pada channel YouTube Al Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah.  Saya pribadi sebenarnya sangat jarang mengikuti kajian beliau secara daring, hanya beberapa kali melihat postingannya Irfan (teman di kampus) yang isinya ceramah singkat beliau.   Melihat beberapa judul video pendek yang menarik, saya unduh beberapa di antaranya, lalu pulang. Haworthria -sejenis kaktus- menjadi teman saya mendengarkan untaian petuah beliau, hingga pada ucapan yang beliau nukil dari Syaikh Ushaimi hafidzahullah : Man tsabata nabata, jika  diterjemahkan kurang lebih artinya “Barangsiapa yang kokoh, dia akan tumbuh”. Ustadz Nuzul Dzikri menyampaikan kalimat tersebut sebagai pesan agar kita konsisten dalam mengikuti kajian. Jika sudah mengikuti satu kajian (tentu saja

BTW#2 "Takur tulung-tumpuk / Black-banded Barbet / Psilopogon javensis"

Bismillahirrahmaanirrahiim Foto oleh Swiss Winnasis di TNGM  Takur tulung-tumpuk mempunyai ukuran agak besar (26 cm), berwarna-warni. Bulu dewasa biasanya hijau polos. Mahkota kuning dan bintik kuning di bawah mata, tenggorokan merah. Ada bercak merah pada sisi dada dan kerah lebar hitam melewati dada atas dan sisi kepala sampai mata. Setrip hitam yang kedua melewati mata.  Iris coklat, paruh hitam, kaki hijau-zaitun suram (MacKinnon, 2010). Takur tulung-tumpuk merupakan burung genus Megalaima dari famili Capitonidae (Horsfield, 1821), tetapi didalam website IUCN RedList 2015 del Hoyo dan Collar (2014) memasukkan takur tulung-tumpuk kedalam genus Psilopogon sehingga nama ilmiahnya menjadi Psilopogon javensis. Perjumpaan pertama saya dengan takur tulung-tumpuk terjadi pada tanggal 22 Maret 2014 di Plawangan, Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Hingga saat ini, saya tidak pernah berjumpa lagi melainkan hanya mendengar suaranya. Suara takur tulung-tumpuk sangat khas dan muda